Jakarta, CNBC Indonesia - Tim ilmuwan dari Radboud University, Belanda, menemukan bahwa alam semesta akan berakhir jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Dalam studi terbarunya, mereka bahkan menentukan waktu pasti berakhirnya alam semesta, yakni satu quinvigintillion tahun, atau angka 1 diikuti 78 nol.
Meskipun angkanya terdengar luar biasa besar, sebenarnya jauh lebih singkat dari prediksi sebelumnya yang menyebut alam semesta akan mati dalam 10 pangkat 1.100 tahun (angka 1 diikuti 1.100 nol).
Penemuan ini berakar dari teori Hawking radiation, sebuah fenomena yang pertama kali diajukan oleh fisikawan Stephen Hawking pada 1975. Teori ini menyatakan bahwa partikel dan radiasi bisa "melarikan diri" dari lubang hitam, menyebabkan lubang hitam perlahan-lahan menguap seiring waktu.
Menariknya, para peneliti menemukan bahwa proses serupa juga terjadi pada benda langit lain seperti neutron star dan white dwarf, yang sebelumnya tidak diperkirakan bisa mengalami evaporasi.
"Selama ini, fenomena ini dianggap sebagai fenomena yang hanya terjadi pada lubang hitam, tapi para peneliti menunjukkan kalau benda-benda seperti bintang neutron [neutron star] dan bintang katai putih [white dwarf] juga bisa menguap seperti halnya lubang hitam," ujar Prof. Heino Falcke, ketua tim peneliti sekaligus profesor radio astronomi di Radboud University, dikutip dari Daily Mail, Senin (19/5/2025).
Neutron star dan white dwarf merupakan tahap akhir dari kehidupan sebuah bintang. Ketika bintang-bintang ini kehilangan stabilitas, mereka secara bertahap akan menguap dan akhirnya lenyap.
Karena objek-objek ini adalah bintang terakhir yang akan bertahan di alam semesta, menghitung waktu kematian mereka berarti juga menghitung batas maksimum usia semesta.
Falcke dan timnya mengembangkan perhitungan berdasarkan studi mereka sebelumnya pada 2023, yang menunjukkan bahwa semua objek dengan medan gravitasi cukup kuat bisa menguap, bukan hanya black hole. Tingkat penguapan ini ternyata hanya tergantung pada kepadatan objek tersebut.
Meski angka satu quinvigintillion tahun masih sangat jauh bagi manusia, hasil ini merevisi tajam estimasi sebelumnya dan memberi pemahaman baru atas teori Hawking yang selama ini kontroversial.
"Kami ingin memahami teori ini lebih dalam. Dengan meneliti kasus ekstrem seperti ini, kami mungkin suatu saat bisa mengungkap misteri Hawking radiation," kata Walter van Suijlekom, profesor matematika dan rekan penulis studi.
Studi ini telah diterima untuk publikasi di Journal of Cosmology and Astroparticle Physics, dan sementara tersedia di server pra-publikasi arXiv.
(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Jurus WIFI Ekspansi Bisnis Internet Kencang & Murah ke Pelosok
Next Article Black Moon 30-31 Desember, Fenomena Langka Akhir 2024