Jam Kerja Makin Lama Gaji Tidak Naik, Peneliti Ungkap Alasannya

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Perkembangan masif AI diikuti dengan narasi teknologi tersebut bisa membuat pekerjaan lebih efisien dan hemat waktu. Namun, dalam sebuah penelitian menyebutkan hal sebaliknya.

Penelitian berjudul 'AI and Extended Workday: Productivity, Contracting Efficient, and Distribution of Rents' menyatakan penggunaan layanan AI seperti ChatGPT membuat peningkatan produktivitas. Namun di sisi lain, para pekerja melakukan pekerjaan yang lebih banyak dengan manfaat lebih sedikit.

"Saat ChatGPT hadir, kita terpesona pada kehebatannya, banyaknya pekerjaan yang dilakukan," kata salah satu peneliti dari Emory University, Wei Jiang, dikutip dari The Register, Senin (27/10/2025).

"Jadi seperti orang lain, kami mengantisipasi AI mengerjakan pekerjaan bisa bekerja lebih sedikit. Namun saya mendapati bekerja lebih lama. Jadi saya bertanya kepada sejumlah teman, dan semuanya berkata 'Hei, kami ternyata bekerja lebih lama'," jelasnya menambahkan.

Mereka melakukan analisis data dari Survei Penggunaan Waktu Amerika pada 2004-2023 oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS. Survei ini melacak cara orang AS menghabiskan waktu mereka.

Survei itu memperlihatkan seberapa banyak orang bekerja. Berikutnya tim peneliti menghubungkan tiap pekerjaan dengan paparan AI.

Hasilnya, pekerjaan dengan paparan AI tertinggi ditemukan meningkatkan jam kerja. Bahkan membuat pekerja memiliki lebih sedikit waktu luang.

Berdasarkan data tahun 2022-2023, terdapat penambahan 3,15 jam kerja dan pengurangan 3,20 jam waktu luang per minggu. Saat itu, ChatGPT baru diluncurkan dan digunakan secara luas.

"Pekerja di pekerjaan dengan paparan AI generatif lebih tinggi mengalami jam kerja yang meningkat signifikan dan waktu luang yang menurun setelah diperkenalkannya ChatGPT," jelas makalah itu.

Para peneliti mengungkapkan jam kerja yang bertambah ini karena peranan AI yang mengawasi pekerja dalam mendorong produktivitas. Ini terjadi setelah pandemi usai.

Jiang mengakui manfaat penggunaan AI untuk meningkatkan produktivitas. Namun pertanyaannya siapa yang bisa menikmati manfaatnya.

Menurutnya, manfaat itu akan dirasakan oleh organisasi dan pemegang saham dan konsumen. Namun, untuk pekerja, kecenderungan manfaatnya lebih rendah.

Dikutip dari laporan tersebut, fenomena ini makin diperparah dalam pasar tenaga kerja dan produk yang kompetitif. Pekerja memiliki daya tawar yang terbatas untuk mempertahankan manfaat dari peningkatan produktivitas, yang seringkali justru dimanfaatkan oleh konsumen atau perusahaan.

Tak heran jika karyawan kerap tidak mengalami kenaikan gaji, meski target dan beban kerja yang diberikan meningkat. 

"Temuan ini mempertanyakan ekspektasi bahwa kemajuan teknologi meringankan beban kerja manusia, dan justru mengungkap sebuah paradoks di mana kemajuan tersebut mengorbankan keseimbangan kehidupan kerja," tertera dalam laporan tersebut.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Manusia Rp 2.300 Triliun Ingatkan Pengangguran Bakal Tambah Banyak

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|