Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang masuknya bulan puasa Ramadan dan Idul Fitri pada Maret 2025 sejumlah komoditas yang paling diburu pada periode itu oleh masyarakat mulai berdatangan melalui pintu impor, di antaranya daging serta kurma.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor daging jenis lembu pada Desember 2024 sudah sebesar 27,2 ribu ton. Sedangkan sepanjang tahun lalu mencapai 183,18 ribu ton atau lebih rendah dibandingkan dengan impor pada 2023 sebanyak 238,43 ribu ton.
"Asal utama impor daging jenis lembu sepanjang 2024 adalah dari Australia atau sekitar 62,03% kira-kira 113,62 ribu ton. Kedua, asalnya dari India atau 22,32 persen sebesar 40,89 ribu ton dan yang ketiga dari Amerika Serikat, keempat Brazil dan yang kelima dari New Zealand," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti di kantornya, Jakarta, Rabu (15/1/2025).
Sementara itu, untuk impor kurma pada Desember 2024 sudah masuk sebesar 10,6 ribu ton. Catatan itu naik secara volume sebesar 69,92% dibandingkan November 2024.
"Nilainya 15,36 juta US dollar atau naik 88,79% dibandingkan November 2024 dan negara asal utama impor kurma seperti biasa pertama dari Mesir, kedua Tunisia, ketiga adalah Saudi Arabia," ucap Amalia.
Sebagaimana diketahui, Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, telah mengumumkan bahwa 1 Ramadhan 1446 H akan bertepatan dengan 1 Maret 2025 mendatang.
Muhammadiyah menentukan awal Ramadhan dan Idul Fitri dengan metode hisab hakiki wujudul hilal. Metode tersebut memungkinkan pihaknya menentukan awal Ramadhan dan Idul Fitri dari jauh-jauh hari.
Sementara itu, bila mengacu pada SKB 3 Menteri tentang Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2025, libur Idul Fitri 1446 H jatuh pada Senin, 31 Maret hingga Selasa 1 April 2025. Dengan demikian, awal Ramadhan 2025 versi pemerintah diprediksi jatuh pada 1 Maret 2025, alias sama dengan Muhammadiyah.
Meski demikian, perlu dicatat, ini baru prediksi karena masih harus menunggu keputusan resmi melalui sidang isbat oleh Kemenag RI. Metode yang digunakan dalam sidang isbat adalah rukyatul hilal atau pengamatan hilal dan hisab dengan perhitungan astronomis.
Metode tersebut sesuai dengan Fatwa MUI Nomor 2 Tahun 2024 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Jika hasil sidang isbat dinyatakan bulan baru belum terpenuhi, maka awal Ramadhan dapat bergeser sedikit dari prediksi awal.
(arj/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: RI Cetak Surplus Neraca Dagang USD 2,24 Miliar di Desember 2024
Next Article Data Kemiskinan RI Masih Pakai Format Lama, Beda dari Bank Dunia!