Harianjogja.com, SLEMAN—Jumlah kepala keluarga (KK) miskin di Kabupaten Sleman mengalami tren penurunan. Dinas Sosial (Dinsos) setempat mengklaim penurunan terus terjadi setiap tahun meski tidak signifikan.
Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinsos Sleman, Sarastomo Ari Saptoto, mengatakan penurunan jumlah KK miskin memang cenderung lambat apabila sudah masuk angka dua digit.
Jumlah KK miskin di Sleman pada 2022 ada 30.808 KK, lalu 2023 ada 30.058 KK, kemudian 2024 ada 29.308 KK, dan semester I 2025 ada 28.678 KK. Adapun total KK di seluruh kapanewon di Sleman ada sekitar 390.000 KK.
“Kalau target jangka panjang, tahun 2030 angka kemiskinan harus turun di angka empat sampai lima persen. Kalau sekarang persentase kemiskinan 7,46 sesuai data BPS DIY,” kata Ari ditemui di kantornya, Selasa (16/9/2025).
Setidaknya ada tiga pendekatan utama yang Dinsos gunakan untuk menurunkan jumlah KK atau angka kemiskinan, yaitu pengurangan beban konsumsi masyarakat miskin lewat bantuan sosial, peningkatan pendapatan lewat pelatihan dan pemberdayaan, serta pemutusan rantai kemiskinan lewat pendidikan.
BACA JUGA: Masih Ada 91.900 Warga Miskin di Wonogiri
Selain bantuan uang bagi penyandang disabilitas dan anak terlantar, Pemkab Sleman juga melakukan intervensi dari sisi pendidikan lewat beasiswa Sleman Pintar. Saat ini, program yang sudah digulirkan sejak 2022 itu bersinergi dengan program satu KK miskin satu sarjana. Artinya, Pemkab memang memiliki komitmen memberantas kemiskinan lewat pendidikan.
Sasaran beasiswa Sleman Pintar adalah mahasiswa dari keluarga miskin dengan bantuan pendidikan sebesar Rp 7,5 juta per semester. Capaian program ini baru dapat dilihat dalam beberapa waktu ke depan setelah mahasiswa lulus dan bekerja.
Plt. Kepala Dinsos Sleman, Sigit Indarto, mengatakan Pemkab Sleman akan memperluas cakupan pilihan kampus untuk penerima beasiswa Sleman Pintar yang mana saat ini baru ada tiga kampus swasta.
Ada sejumlah kampus yang telah menjalin koordinasi dengan Pemkab terkait pemberian beasiswa bagi masyarakat Sleman.
“UNY malah sudah minta ke Pemkab data KK miskin. Mungkin ada mahasiswa asal Sleman masuk data KK itu. UNY malah mau memberi beasiswa dari mereka,” kata Sigit.
Disinggung ihwal pemilihan kampus swasta sasaran beasiswa Sleman Pintar, Sigit mengaku Dinsos mendasarkan pada serapan tenaga kerja.
“Jangan sampai setelah kuliah malah menganggur. Jadi kami cari kampus yang menawarkan prodi dengan serapan tenaga kerja tinggi,” kata Sigit.
Pada 2025, sudah ada sekitar 15 mahasiswa D3 penerima beasiswa Sleman Pintar lulus. Tahun depan akan lebih banyak mahasiswa S1 lulus dengan mengasumsikan masa studi ditempuh selama empat tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News