Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2025 diramalkan akan menjadi tahun yang penuh tantangan bagi maskapai penerbangan. Hal ini utamanya terjadi di Rusia, negara lokasi setidaknya 30 maskapai dunia diprediksi akan bangkrut.
Kebangkrutan ini disebabkan sanksi Barat terhadap Negeri Beruang Putih itu atas serangannya ke Ukraina, yang menimbulkan keterbatasan suku cadang pesawat. Diketahui, dua pembuat jet Barat, Boeing dan Airbus, menyumbang 66% dari pesawat yang digunakan di Rusia, sebelum serangan Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 lalu.
"Sedikitnya 30 maskapai penerbangan menengah dan kecil di negara itu berada pada titik jenuh dan menghadapi risiko kebangkrutan dalam waktu dekat," lapor media Rusia, Izvestia, dikutip Rabu (12/3/2025).
Selain dampak geopolitik yang langsung, sebagian besar menghadapi pembengkakan utang yang diakibatkan tidak adanya potensi untuk kembali terbang dalam skala sebelum perang karena penutupan jalur udara di Eropa dan Amerika Utara. Hal ini membuat maskapai Rusia berjuang penuh untuk mendapatkan persetujuan kreditur demi melanjutkan kesepakatan sewa.
Publikasi Rusia yang melaporkan situasi tersebut memperkirakan bahwa kebangkrutan tersebut dapat mengakibatkan pembatalan lebih dari 400 rute domestik. 30 maskapai penerbangan yang paling berisiko bangkrut pada tahun 2025 saat ini melayani 26% dari lalu lintas penumpang domestik Rusia.
Maskapai ini termasuk maskapai penerbangan utama negara itu, Aeroflot, dan maskapai besar S7. Ancaman juga ditujukan ke maskapai regional yang lebih kecil seperti Rossiya, Ural, dan Yakutia Airlines.
Maskapai penerbangan swasta S7, yang berbasis di Novosibirsk, diketahui baru saja membatalkan proyek pabrik senilai US$ 83,5 juta (Rp 1,36 triliun) yang pada tahun 2024 disetujui untuk menggantikan suku cadang jet Barat yang hilang dari industri penerbangan negara itu karena sanksi.
Maskapai Tulpar Air, berbasis di barat Tatarstan dan biasa menyewa penerbangan ke daerah-daerah terpencil, malah sudah resmi mengajukan perlindungan kebangkrutan pada bulan November 2024.
Berharap ke Amerika
Sementara peralihan pemerintahan Presiden AS Donald Trump ke Vladimir Putin mengarah kepada perdamaian kedua negara, pesawat Rusia saat ini masih dilarang terbang melalui wilayah udara Negeri Paman Sam. Selain itu, suku cadang masih dilaporkan sulit masuk dari AS ke Negeri Beruang Putih.
Pada awal bulan ini, beberapa laporan tentang warga negara Rusia yang mencoba menghindari sanksi dengan menyelundupkan suku cadang pesawat dari AS mulai bermunculan. Hal ini dilakukan melalui kerja sama dengan warga AS.
Pada tanggal 13 Februari, Departemen Kehakiman AS mengumumkan bahwa mereka mendakwa tiga penduduk Ohio dengan tuduhan membawa suku cadang pesawat secara ilegal ke Rusia. Distrik Selatan Ohio mengatakan bahwa bagian pesawat yang diseludupkan bernilai lebih dari US$ 2 juta (Rp 32 miliar).
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Keuangan Jebol, Nikola Corporation Ajukan Bangkrut
Next Article Maskapai Dunia Tiba-Tiba Tutup Penerbangan ke China, Ada Apa?