Kaya Raya dari Industri Farmasi, Ini Tiga Raja Obat di RI

1 month ago 26

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor kesehatan menjadi ladang bisnis yang cukup menguntungkan. Industri farmasi dapat mendatangkan cuan besar hingga beberapa sosok sukses menjadi konglomerat di bisnis tersebut.

Para pemilik perusahaan farmasi ini bahkan ada yang masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia.

1. Boenjamin Setiawan & keluarga

Boenjamin Setiawan alias Khow Lip Boen menjadi konglomerat di industri farmasi setelah lulus dari Fakultas Kedokteran UI tahun 1958 dan di University of California, AS. Setelah lulus dan resmi jadi dokter, Boenjamin malah tidak menjalani profesinya. Padahal jadi dokter di era tersebut adalah pencapaian luar biasa. Apalagi dirinya sudah bersekolah sampai ke Amerika Serikat.

Saat pulang kampung, dia malah ingin bisnis obat. Sekitar tahun 1960-an, Boenjamin melakukan riset obat kulit murah yang diproyeksikan menelan biaya Rp 1,5 juta. Uang sebesar itu sangat banyak kala itu, harga bensin saja Rp 0,3.

Alhasil, untuk menyelesaikan proyek itu dia mendatangi Wim Kalona yang sudah sukses menjadi pengusaha obat.

"Waktu saya bilang biayanya Rp 1,5 juta, Wim terkejut. Namun akhirnya disetujui juga," kata Boen dalam Pergulatan 26 manajer Indonesia menuju sukses (1997:30).

Berkat pinjaman itu bisnis obat kulitnya berjalan. Bahkan Boen berani mendirikan perusahaan farmasi. Sekitar 1963, Boen dan kawannya ikut mendirikan PT Farmindo. Sayang, perusahaan ini gagal dan tidak membuat Boen putus asa.

Pada 10 September 1966, dia membangun bisnis obat lagi bersama saudara-saudaranya. Perusahaan itu bernama Kalbe Farma. Kalbe diambil dari singkatan nama dirinya dan saudaranya: Khow Lip Boen dan Khouw Lip Bing, yang disingkat KLB atau jika dilafalkan menjadi Kalbe.

Mereka memulai bisnis mereka dari garasi sebuah rumah yang disewakan pasiennya di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Awalnya Kalbe Farma membuat obat sirup, tetes, dan kapsul, dengan resep dokter.

Perlahan Kalbe Farma kemudian membangun pabrik di daerah Pulo Mas, Jakarta. Tak hanya memproduksi obat saja, laboratorium farmasi juga dibangun.

Perluasan pabrik Kalbe Farma inilah yang membuat Boenjamin tertimpa durian runtuh. Dia akhirnya bisa leluasa berinovasi dengan menciptakan produk obat-obatan yang saat itu cukup jarang.

Dari kekosongan produk obat-obatan di pasaran ini kemudian jadi peluang Kalbe Farma. Lantas, terciptalah produk legendaris Kalbe Farma, seperti Kalpanax (obat panu), Puyer 16 Bintang Toedjoe, Promag, Komix, Procold, Mixagrib, Entrostop, Fatigon. Selain itu ada juga Woods, Extra Joss, Bejo Sujamer, Diabetasol dan lain sebagianya.

Salah satu obat yang menjadi kunci kesuksesan Boenjamin adalah Promag yang diciptakan pada 1976. Saat itu tidak ada obat yang mengatasi sakit lambung. Saat Promag diluncurkan dalam sekejap laris-manis.

Karena banyaknya obat yang diproduksi, Kalbe Farma jelas menguasai pasar farmasi Indonesia. Apapun jenis penyakitnya, Kalbe Farma menyediakan obatnya. Maka, tak heran kalau perusahaan ini menjadi raksasa di Indonesia dan Asia Tenggara. Bahkan berani melantai di Bursa Efek Indonesia pada 1991 dengan kode emiten (KLBF)

Selain bisnis obat, Kalbe Farma juga bermain di bisnis rumah sakit. Rumah sakit yang dibangun adalah Mitra Keluarga, yang tersebar di Indonesia.

Kini Boenjamin dan keluarganya tercatat memiliki kekayaan yang tak berseri. Pada 2021, majalah Forbes mencatat kekayaannya mencapai US$ 4,8 miliar atau setara dengan Rp 60 triliun.

Perjalanan hidup Boenjamin lantas harus berhenti pada 4 April 2023. Meski sudah tiada, semua mengetahui kalau Kalbe Farma tercipta berkat tangan dingin Boenjamin.

2. Irwan Hidayat & keluarga

Irwan Hidayat merupakan bos sekaligus pemilik PT Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO). Karirnya dimulai sejak 1994. Dengan tangan dinginnya itulah, perusahaan yang berbasis di semarang ini menjadi lebih besar. Meski identik dengan produk racikan jamunya, SIDO kini juga memiliki produk yang lebih terdiversifikasi.

Irwan Hidayat dan keluarganya merupakan pemilik saham mayoritas di Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul, perusahaan jamu terbesar di Indonesia.

Adapun Sido Muncul sendiri telah menguasai 38% pangsa pasar jamu Indonesia, dengan merek terbesarnya Tolak Angin.

Tak cukup sampai di situ, keluarga Hidayat mengembangkan bisnisnya hingga ke perhotelan dengan tiga hotel di pulau Jawa dan sebuah perusahaan manajemen hotel.

Dari rangkaian bisnis itu, Irwan Hidayat dan keluarganya ditaksir memiliki kekayaan mencapai US$ 1,5 miliar atau setara dengan Rp 21,9 triliun dan menduduki peringkat 28 dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi Forbes 2021.

3. Kartini Muljadi & keluarga

Nama Kartini Muljadi tak asing lagi di dunia farmasi Indonesia. Dengan memiliki grup farmasi terbesar di RI yakni PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC). Selain itu, Kartini juga memiliki firma hukum Kartini Muljadi dan Rekan yang berada di kawasan Sudirman.

Harta kekayaannya sempat menembus US$ 695 juta atau setara Rp 10,14 triliun dan menduduki peringkat 50 dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia.


(mkh/mkh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: BI Diprediksi Tahan Suku Bunga Acuan 5,75% di RDG Februari

Next Article Warren Buffet Buka-bukaan 7 Kebiasaan yang Bikin Orang Susah Kaya

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|