REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Efnie Indrianie psikolog anak Universitas Maranatha Bandung mengungkapkan anak yang mengalami kecanduan media sosial mendapatkan kenikmatan tersendiri hingga dapat lupa dengan waktu. Kecanduan yang dialami anak dapat disamakan dengan adiksi terhadap obat-obatan.
"Sama seperti adiksi obat-obatan, atau mungkin adiksi hal-hal yang lainnya. Jadi ketika mereka berselancar bermain media sosial itu seperti reward system di otaknya. Hormon dopamine-nya itu langsung muncul, langsung diproduksi dan memberikan rasa kepuasan tersendiri," ucap dia saat dihubungi, Rabu (26/11/2025).
Dorongan dari hormon dopamine, ia mengatakan terus mendorong kecanduan terus menerus. Apabila terus terpapar secara tidak terkendali, Efnie mengatakan akan semakin berat tingkat kecanduan yang dialami.
Dari kecanduan tersebut, ia melanjutkan hal yang berbahaya dapat dialami anak yaitu mereka menjadi kecanduan pornografi, bahkan dapat menjadi korban penipuan. Lebih jauh, Efnie mengatakan anak dapat melupakan realitas kehidupan yang sesungguhnya.
"Kadang-kadang mereka terlalu asyik sibuk dengan dunia maya sehingga melupakan realitas kehidupan yang sesungguhnya, bisa seperti itu," kata dia.
Langkah yang perlu dilakukan, ia mengatakan anak memerlukan teman dan ruang untuk mengisi hari-harinya sesuai bersekolah. Orang tua harus memberikan waktu yang berkualitas untuk anak minimal 1 hingga 2 jam.
"Iya, yang bisa dilakukan adalah konsekuensinya tetap harus diberikan quality time, meskipun itu satu kali dalam sehari, mungkin per satu quality time durasinya 1-2 jam, tapi diberikan lah, karena itu adalah hak dari anak-anak kita," kata dia.
Langkah tersebut, ia mengatakan dilakukan agar aspek afeksi anak dipenuhi dengan kasih sayang dan kebersamaan dari orang tua. Ia menyebut beraktivitas dengan anak seharian juga belum tentu memiliki hubungan yang baik.
"Iya, intinya adalah biasanya deep talking. Yang paling dibutuhkan adalah kita menyediakan ruang waktu dan telinga untuk mendengarkan anak kita meskipun kadang-kadang ocehannya, belum tentu ya menarik untuk kita," kata dia.
Selain itu, ia mengatakan anak-anak perlu untuk didengarkan dan dipahami tanpa ada labeling atau penilaian. Sebagai seorang praktisi, ia mengatakan terdapat 10 orang tua yang berobat kepadanya karena mengalami kecanduan medsos.
"Saya nggak ngitung sih, nggak ngitung saya jumlahnya berapa, tapi yang saya temukan ya hampir 10 ada ya, ini yang melekat," ungkap dia.

1 hour ago
1
















































