Kemunafikan dan Standar-Ganda IOC

3 hours ago 1

Atlet senam Israel Artem Dolgopyat setelah memenangkan medali perak pada Olimpiade Musim Panas 2024, Sabtu, 3 Agustus 2024, di Paris, Prancis.

Oleh: Buya Anwar Abbas*)

Negara-negara maju dan organisasi dunia yang memiliki kedekatan politik dengan Amerika Serikat (AS) sering memperlihatkan standar ganda (double standards). Begitu pula yang dijumpai di bidang olahraga.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Ketika pecah perang antara Rusia dan Ukraina pada Februari 2022, Komite Olahraga Internasional (International Olympic Committee/IOC) menjatuhkan sanksi tegas kepada Moskow. Menurut IOC, Rusia telah melakukan invasi militer ke Ukraina. Alhasil, para atlet Rusia dilarangnya tampil dan bertanding di Olimpiade 2024 serta berbagai ajang olahraga internasional lainnya. Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) pun melarang Rusia tampil di kualifikasi Piala Dunia 2022.

Sikap IOC tersebut mendapatkan dukungan dari negara-negara sahabat Barat dan AS. Hal itu dianggapnya sebagai bentuk solidaritas terhadap Ukraina.

Namun, yang kita sesalkan adalah ketidakadilan IOC. Organisasi ini tidak menindak Israel. IOC tidak melarang atlet-atlet Israel bertanding dalam berbagai pertandingan yang berskala dunia.

Padahal, yang dilakukan Israel lebih dahsyat lagi ketimbang yang dilakukan Rusia. Sebab, Tel Aviv tidak hanya melakukan invasi militer, tetapi juga terus menerus menjajah Palestina dan melakukan pembersihan etnis (ethnic cleansing) serta genosida.

Begitu pula kita melihat ketika AS menginvasi Irak dan Afghanistan. Organisasi olahraga sedunia tersebut hanya diam. Tidak pernah IOC menghukum AS dengan kesalahan-kesalahannya.

Kemudian, sekarang Indonesia melarang atlet israel untuk bertanding dalam kejuaraan senam dunia di Jakarta. IOC malahan menghukum Indonesia. RI dilarang menjadi tuan rumah semua cabang olahraga yang ada dalam naungan IOC, padahal Indonesia baru saja berhasil menyelenggarakan kejuaraan senam dunia.

Jadi, apa yang dilakukan oleh IOC jelas-jelas tidak konsisten. Mereka berdalih, Indonesia jangan mencampurbaurkan antara olahraga dan politik. Padahal, dalam kenyataannya IOC sendiri melakukan itu.

Dalam hal ini, IOC telah memperlihatkan sikap munafiknya. Organisasi ini menerapkan standar ganda. Hal yang jelas-jelas bukan sebuah perbuatan terpuji.

*) Dr H Anwar Abbas MM MAg atau yang akrab disapa Buya Anwar Abbas merupakan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. Dosen tetap Prodi Perbankan Syariah FEB UIN Syarif Hidayatullah ini juga adalah Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang UMKM, Pemberdayaan Masyarakat, dan Lingkungan Hidup.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|