Warning Buat Pengguna AI, UIN Walisongo: Karya Gunakan AI Tetap Bisa Dicek Similarity-nya

2 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang bersama Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama memperkuat literasi digital akademisi melalui pelatihan “Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Berbantuan AI (Artificial Intelligence/Akal Imitasi)”.

Pelatihan yang diikuti dosen dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dengan tujuan menumbuhkan kemampuan akademisi memanfaatkan teknologi AI secara produktif, etis, serta bertanggung jawab dalam penulisan karya ilmiah itu digelar di Wisma PKPRI Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Sabtu.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Dalam kesempatan itu, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo Prof Dr Fatah Syukur MAg mengatakan literasi digital dan kesadaran etis dalam penggunaan kecerdasan buatan penting untuk diberikan.

Menurut dia, hal itu disebabkan teknologi hanyalah alat bantu yang harus diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan menulis secara akademik.

Ia meyakini semua orang punya telepon pintar namun pertanyaannya, seberapa banyak mereka memanfaatkannya untuk belajar dan menulis.

“AI itu bisa sangat membantu, asal tidak membodohi kita. Gunakanlah secara bijak, dan ingat bahwa karya AI tetap bisa dicek similarity-nya (kesamaan),” katanya.

Oleh karena itu, kata dia, pelatihan tersebut merupakan wujud nyata komitmen FITK dalam menyiapkan dosen dan mahasiswa agar mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi tanpa kehilangan integritas ilmiah.

Ia mengatakan AI hanyalah alat, tetapi integritas tetap manusia yang memegang kendali.

“Mari kita jadikan teknologi sebagai jalan menuju kemajuan, bukan penghalang bagi kejujuran ilmiah,” kata Prof Fatah.

Narasumber pelatihan, Dr HM Djamal MPd mengatakan AI perlu dijadikan mitra intelektual yang memperkaya proses berpikir ilmiah.

Menurut dia, teknologi seharusnya digunakan untuk mempercepat riset, memperluas referensi, dan memperkuat argumentasi ilmiah.

“AI jangan dilihat sebagai jalan pintas, tapi sebagai ruang belajar baru. Dengan bimbingan moral dan nalar akademik yang kuat, kita bisa menjadikan AI sebagai sahabat yang mendorong produktivitas, bukan pengganti nalar manusia,” kata dosen STAI Nahdlatul Ulama Purworejo itu.

sumber : Antara

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|