Ilustrasi. - Ist/Freepik
Harianjogja.com, JOGJA—Layanan panggilan darurat nasional Triple Zero (000) Australia yang dioperasikan oleh Optus, anak perusahaan Singtel, mengalami gangguan parah selama 13 jam pada 18 September 2025. Insiden fatal ini kini menjadi sorotan internasional setelah dikaitkan dengan empat kasus kematian yang tengah diselidiki.
Peristiwa ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai keterandalan infrastruktur telekomunikasi dan tanggung jawab Optus sebagai penyedia layanan publik.
ABC melaporkan, gangguan masif ini dilaporkan terjadi di wilayah Northern Territory, South Australia, Western Australia, dan New South Wales. Sekitar 600 panggilan darurat dari wilayah ini gagal tersalurkan ke sistem Triple Zero.
Menurut laporan, gangguan dipicu oleh kesalahan upgrade firewall jaringan yang menyimpang dari prosedur standar.
Optus juga dikritik karena gagal menindaklanjuti setidaknya lima laporan awal dari pengguna yang melaporkan tidak bisa mengakses Triple Zero, yang seharusnya memicu eskalasi darurat.
Selain itu, dilaporkan ambulans di South Australia tidak menerima peringatan otomatis saat layanan darurat macet, menegaskan kegagalan komunikasi antarlembaga.
Dampak Fatal dan Reaksi Pemerintah Australia
Pihak berwenang Australia mengonfirmasi bahwa ada kemungkinan empat orang meninggal dunia saat mereka berusaha menghubungi pemerintah melalui saluran darurat yang gagal tersebut. Korban meliputi seorang bayi berusia delapan minggu dan warga lanjut usia. Keterkaitan langsung kematian ini dengan kegagalan layanan masih dalam tahap investigasi.
Pemerintah Australia dan Otoritas Komunikasi (ACMA) merespons dengan kecaman tegas. Menteri Komunikasi Anika Wells menyebut insiden ini sebagai penurunan kepercayaan drastis terhadap kemampuan Optus. Ia mendesak pembentukan pengawasan eksternal atas sistem layanan darurat. Australia kini merencanakan reformasi industri telekomunikasi nasional untuk memperkokoh keamanan layanan darurat.
Penelitian independen akan memeriksa apakah pemisahan infrastruktur Triple Zero telah diatur dengan benar dan sejauh mana sistem fallback berjalan. Optus sendiri bukan kali ini saja tersangkut kasus kegagalan layanan darurat. Pada tahun 2023, perusahaan ini pernah didenda AUD12 juta karena masalah serupa.
Singtel sebagai perusahaan induk Optus, menyampaikan permohonan maaf publik. CEO Singtel, Yuen Kuan Moon, menyatakan penyesalan mendalam dan berjanji akan melakukan investigasi menyeluruh serta perubahan struktural yang diperlukan.
CEO baru Optus, Stephen Rue, diperkirakan memerlukan waktu untuk memperbaiki masalah sistemik. Harga saham Singtel sempat turun sekitar 2% menyusul berita ini, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap reputasi perusahaan.
Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong, menyampaikan belasungkawa dan menegaskan bahwa Singtel harus menghormati regulasi lokal Australia dan bertanggung jawab atas anak usahanya. Pemerintah Singapura tidak akan ikut campur dalam operasi bisnis, tetapi berharap Optus kooperatif dalam penyelidikan.
Gangguan fatal ini menyoroti pentingnya infrastruktur Triple Zero yang kokoh dan perlunya pertanggungjawaban penuh dari operator telekomunikasi dalam menjaga keselamatan publik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News