Harianjogja.com, JAKARTA—Tingginya mobilitas wisatawan saat akhir tahun membuat anak lebih rentan terpapar penyakit, terutama bila menuju negara dengan pola penyebaran infeksi berbeda.
Anggota Satuan Tugas Imunisasi IDAI Dr. dr. Martira Maddeppungeng, Sp.A, Subsp.T.K.P.S(K) menyampaikan pentingnya pelaku perjalanan memperhatikan persebaran penyakit di negara atau wilayah tujuan sebelum berlibur ke mancanegara.
"Kita harus benar-benar mengetahui epidemiologi negara tujuan. Tanggung jawab kita adalah mencegah penyebaran penyakit, baik ke negara yang dikunjungi maupun saat kembali pulang," katanya dalam acara yang diikuti via daring dari Jakarta pada Selasa (25/11/2025).
Ia menyampaikan bahwa setiap negara memiliki pola penyebaran penyakit yang berbeda dan memberlakukan persyaratan vaksinasi yang berbeda bagi pendatang guna meminimalkan risiko penularan penyakit.
Kondisi lingkungan termasuk iklim, musim, suhu, dan kelembapan serta akses ke fasilitas pelayanan kesehatan berpengaruh pada risiko penularan penyakit di negara tujuan perjalanan.
Risiko kesehatan selama perjalanan juga dipengaruhi faktor seperti polusi udara, akses ke layanan dan produk perawatan kesehatan, paparan penyakit menular, akses ke makanan dan air yang aman, standar sanitasi dan kebersihan, serta adat istiadat setempat.
Organisasi Kesehatan Dunia menyarankan orang-orang yang melakukan perjalanan memperhatikan risiko penularan penyakit akibat infeksi virus dengue dan virus zika, penyakit chikungunya, penyakit malaria, dan penyakit demam kuning.
Menurut dokter Martira, penularan penyakit seperti influenza, campak, hepatitis, kolera, dan tifoid juga perlu diwaspadai selama berlibur ke luar negeri.
Sebagai gambaran, dia menyampaikan risiko akibat peningkatan angka kasus penyakit campak global dalam dua tahun terakhir.
"Bayangkan kalau satu saja tidak taat vaksinasi, itu dapat menjadi sumber wabah di negara lain. Karena itu diperlukan disiplin dan kepatuhan terhadap jadwal vaksinasi sebelum melakukan perjalanan," ia menjelaskan.
"Remaja harus sudah lengkap status imunisasinya, karena itu sering menjadi syarat administrasi perjalanan, misalnya ketika mengurus visa."
Dia menyarankan para orang tua memeriksa status imunisasi anak dan berkonsultasi dengan dokter mengenai kebutuhan vaksinasi anak sebelum bepergian ke negara lain bersama keluarga.
Selain itu, perlu pula mengecek syarat vaksinasi bagi pendatang yang diberlakukan di negara tujuan. "Persiapan tidak bisa mendadak. Antibodi membutuhkan waktu untuk terbentuk, jadi idealnya vaksin diberikan empat hingga enam minggu sebelum berangkat," kata dokter Martira.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

















































