Mahasiswa Program Studi Arsitektur Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta dalam mata kuliah Studio Tematik Arsitektur Lokal melakukan studi ekskursi ke Situs Pleret dan Kompleks Makam Raja/Raja Mataram di Pajimatan, Bantul. / ist
BANTUL—Mahasiswa Program Studi Arsitektur Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta dalam mata kuliah Studio Tematik Arsitektur Lokal melakukan studi ekskursi ke Situs Pleret dan Kompleks Makam Raja-Raja Mataram di Pajimatan, Bantul, untuk mempelajari adaptasi bahan lokal dalam bangunan bersejarah.
Kegiatan ini menjadi bagian dari pembelajaran lapangan yang menekankan pentingnya memahami arsitektur sebagai hasil interaksi manusia dengan lingkungan setempat, sekaligus menumbuhkan kesadaran pelestarian warisan budaya. Sungai yang memberi limpahan material bahan pembuat bata.
Batu kapur yang kemudian digantikan oleh batu bata, rupanya terlalu rapuh dan sulit dikendalikan dimensinya.
Dengan mengganti bahan dari batu kapur ke batu bata, maka terjadilah momen historis penting ketika masyarakat dikenalkan dengan pengorganisasian dimensi, cara mencetak, cara membakar, dan cara memasang atau memanfaatkannya.
Pada Situs Pleret ditemukan berbagai macam cara menyusun dan dimensi bata yang berbeda-beda. Hal ini memperlihatkan proses belajar masyarakat waktu itu dalam menangani bata, bahwa sistem pengorganisasian pembuatan bata belum berkembang. Ini sangat berbeda dengan cara menyusun serta dimensi bata yang kita kenal sekarang.
Pemanfaatan bata pada Kompleks Makam Raja-Raja Mataram di Pajimatan – Imagiri memperlihatkan adanya perkembangan berarti. Di kompleks makam itu dapat diidentifikasi perbedaan cara menata bata di tangga, turap (retaining walls), dan juga gerbang. Ketiga bagian bangunan itu menerima pembebanan yang berbeda sehingga cara memasang batanya pun berbeda pula. Dengan demikian, kedua Cagar Budaya ini menjadi ‘buku basah’ dalam pembelajaran arsitektur, khususnya untuk mempelajari arsitektur sebagai respons dari kondisi lokalnya.
Tidak cukup melihat bagaimana perkembangan bata dipakai sebagai bahan bangunan, kegiatan ekskursi ini diakhiri dengan mengunjungi tempat pembuatan bata di Jambidan, Bantul. Di tempat yang berada di tepian Sungai Opak ini, dapat dilihat secara utuh bagaimana bahan bata dibuat, mulai dari pemilihan bahan baku tanah liat dan berbagai jenis tanah sebagai campurannya, proses pengolahan, pembentukan atau pencetakan, pengeringan, dan kemudian proses pembakaran sampai pada akhirnya bata-bata ini siap digunakan sebagai bahan bangunan. (Advertorial)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


















































