Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam laporan Indeks Kesiapan Keamanan Siber Cisco 2024, hanya 12% perusahaan yang punya kesiapan matang untuk menghadapi serangan siber. Jadi masih lebih banyak perusahaan yang belum siap untuk menghadapi serangan.
President Asia Pasific Japan & Greater China Cisco, Dave West menjelaskan perlu peningkatan ketahanan siber dan kemitraan baru. Mengingat juga banyak perusahaan yang menjadi sasaran siber dalam berbagai modus.
"Itulah yang dimaksud, perusahaan saat ini terus menjadi sasaran berbagai teknik, mulai dari serangan phishing dan ransomware hingga serangan rantai pasokan dan rekayasa sosial," kata Dave dalam Konferensi Pers soal Lanskap Keamanan Siber di Indonesia, Selasa (25/2/2025).
Perusahaan bukan hanya harus membangun pertahanan pada serangan siber. Dave menjelaskan mereka masih harus mempertahankan diri dan dihadapkan dengan berbagai solusi produk.
Pengembangan Artificial Intelligence (AI) menciptakan kompleksitas baru. Bukan hanya soal menciptakan kecepatan dan inovasi pada layanannya, namun juga membuat tekanan sendiri untuk perusahaan menerapkannya secara langsung.
Mulai dari menggunakan dan mendorong banyak produktivitas dengan teknologi tersebut. Dalam laporan itu juga dijelaskan 38% perusahaan tanah air khawatir soal risiko keamanan siber dari beban kerja AI.
"Lebih jauh lagi, karena perusahaan menghadapi tekanan dan urgensi yang meningkat dari pimpinan puncak untuk menerapkan AI, kita semua berada di bawah tekanan untuk bergerak lebih cepat dengan AI, untuk menggunakan AI, untuk membantu mendorong lebih banyak produktivitas dengan AI," jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Indosat melalui anak usahanya Lintasarta bersama Cisco mengumumkan kerja sama untuk memperkuat keamanan siber. Keduanya menghadirkan kolaborasi menyediakan solusi keamanan siber yang tepat sasaran, adaptif, dan relevan dengan dinamika industri yang ada sekarang.
Berbagai layanan komprehensif yang ditawarkan termasuk konsultasi, manajemen servis, firewall, secure service edge (SSE), extended detection and response (XDR), multi-factor Authentication (MFA), serta Splunk untuk analisis data dan pemantauan ancaman.
President Director & CEO Indosat, Vikram Sinha mengatakan visi keduanya adalah mengamankan masa depan Indonesia. Dia mengatakan hal ini bukan tentang persaingan, namun untuk berkolaborasi dengan tujuan yang lebih besar.
"AI dan ekosistem digital akan menjadi kekuatan yang berlipat ganda. Dan apa pun yang terhubung perlu dilindungi. Jadi apa yang kita lihat di sini, mengamankan masa depan Indonesia bersama, adalah misi bagi kita," ujar Vikram.
"Dan atas nama seluruh ekosistem ini, ini bukan tentang persaingan. Ini bukan tentang bersaing dengan siapa pun. Ini tentang berkolaborasi untuk tujuan yang lebih besar," jelasnya.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Marak Pencurian Data, Begini Solusi Keamanan Super Canggih AMD
Next Article Penipu Bobol Rekening Rp 3,7 triliun, Ternyata Remaja 19 Tahun