US soldiers board a US military plane, as they leave Afghanistan, at the US base in Bagram north of Kabul, Afghanistan, in July 14, 2011. (file photo)
REPUBLIKA.CO.ID, KABUL— Kembalinya pasukan militer AS dalam jumlah kecil ke pangkalan Bagram di Afghanistan akan berbeda dengan kehadiran dominan yang ada sebelumnya, kata Washington Post.
Hal ini akan memberikan AS sebuah pijakan di sebuah wilayah yang sangat penting secara strategis karena persaingan dengan Cina semakin meningkat.
Kehadiran militer AS di Bagram akan memungkinkan AS untuk melakukan operasi kontra-terorisme di wilayah yang bergejolak, surat kabar tersebut mengatakan dalam sebuah editorial pada hari Ahad (21/9/2025).
Media tersebut mmenambahkan, hal itu akan memberikan AS pijakan di wilayah yang sangat vital karena persaingan dengan China semakin meningkat.
Selama hampir 20 tahun, Pangkalan Udara Bagram telah menjadi simbol kekuatan AS di Afghanistan dan pusat dari intervensi militer AS yang panjang di sana.
Namun pada 1 Juli 2021, pemerintahan Joe Biden secara diam-diam mengosongkan pangkalan tersebut beberapa minggu sebelum penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan yang kacau, tetapi Presiden Donald Trump sekarang mengatakan bahwa ia ingin merebutnya kembali dari Taliban.
"Kami memberikannya kepada mereka secara cuma-cuma," kata Trump saat berada di London pada Kamis lalu. "Kami berusaha mendapatkannya kembali, karena mereka membutuhkan sesuatu dari kami," katanya, merujuk pada Taliban.
The Washington Post mengatakan bahwa Bagram secara strategis penting karena letaknya yang dekat dengan perbatasan dengan China dan tempat uji coba nuklir di daerah terpencil di provinsi Xinjiang.
Yang paling diinginkan Taliban dari AS adalah pengakuan, karena kursi negara ini di Perserikatan Bangsa-Bangsa masih dipegang oleh pemerintah sebelumnya.
Taliban juga menginginkan akses ke aset-aset yang dibekukan senilai 7 miliar dolar AS di AS untuk mendorong perekonomiannya yang merosot.
Namun, para pejabat Taliban tampaknya tidak antusias dengan kembalinya pasukan AS ke Bagram, dengan mengutip pernyataan pejabat senior Kementerian Luar Negeri Zakir Jalali yang mengatakan, "Warga Afghanistan tidak pernah menerima kehadiran militer asing di tanah mereka sepanjang sejarah."
"Afghanistan dan Amerika perlu berinteraksi dalam hubungan ekonomi dan politik berdasarkan rasa saling menghormati dan kepentingan bersama," ujar Jalali.