Jakarta, CNBC Indonesia - Industri otomotif dalam negeri tengah menghadapi banyak tantangan, diantaranya dalam hal masalah daya beli. Direktur Marketing & Komunikasi Korporat PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Sri Agung Handayani mengakui bahwa pelemahan daya beli sudah terjadi dalam beberapa bulan terakhir.
"Kita ngerasanya itu dari second half. Second half itu yang paling challenge adalah daya beli karena untuk marketnya Daihatsu itu berbeda dari yang lain, kita lebih didominasi oleh first car buyer. Beberapa dari mereka datangnya dari informal sektor dan paling terbesar itu adalah mereka yang dari bisnis-bisnis kecil," katanya dikutip Jumat (17/1/2024).
Selain itu, ada tantangan lain yakni soal makin sulitnya membeli kendaraan. Belakangan leasing atau perusahaan pembiayaan maupun perbankan makin ketat dalam memberikan kredit.
"Begitu mau beli kita punya challenge masalah leasing company yaitu masalah kredit. Terutama bagi mereka yang membeli mobil pertama, prosesnya kan lebih luar biasa lagi ya. Sekarang minta DP besar, jadi kurang lebih itu dua challenge utama kita di semester 2," ucapnya.
Foto: Penjualan mobil Honda Mobilio kian menyusut pada salah satu showroom Honda di Kawasan Kota Bekasi pada (18/3). (CNBC Indonesia/Tias Budiarto)
Penjualan mobil Honda Mobilio kian menyusut pada salah satu showroom Honda di Kawasan Kota Bekasi pada (18/3). (CNBC Indonesia/Tias Budiarto)
Dari beberapa kasus, banyak juga yang akhirnya tidak lolos leasing meski pengajuannya juga cukup banyak.
"Ya mungkin karena kondisi NPL ya kita sama-sama balance lah (pengajuan diterima dan ditolak)," ujarnya.
Industri otomotif kini memiliki tantangan untuk bisa menjual 1 juta unit kendaraan di tahun 2025 ini. Jika leasing lebih mudah memberikan persetujuan maka bakal lebih mudah dalam mencapai penjualan tersebut.
"Kemungkinan besar kalau kredit kita bisa diserap harusnya nggak ada masalah. Semoga NPL leasingnya tuh makin sehat juga karena kita kan kreditnya 80%," sebutnya.
Data dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa pertumbuhan secara tahunan (year on year/yoy) pertumbuhan kredit seringkali berada di atas pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Jika dilihat lebih rinci, selisih antara kedua hal tersebut juga tampak semakin melebar bulan demi bulan.
Sebagai contoh pada Januari 2023, pertumbuhan kredit dan DPK secara tahunan masing-masing sebesar 10,53% dan 8,5% (selisih 2,05 poin persentase). Sementara pada Januari 2024, pertumbuhan kredit dan DPK secara tahunan mengalami pelebaran masing-masing menjadi 11,8% dan 5,8% (selisih 6 poin persentase).
Likuiditas ketat mengacu pada kondisi di mana ketersediaan uang tunai atau aset likuid dalam sistem keuangan terbatas. Dalam situasi ini, bank, perusahaan, dan individu mengalami kesulitan dalam mendapatkan dana atau pinjaman. Hal ini menggambarkan kekhawatiran yang ada saat ini.
(fys/wur)
Saksikan video di bawah ini: