OECD Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 4,9% di 2025

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini menjadi 4,9% pada 2025. Proyeksi ini terungkap dalam laporan terbaru OECD Economic Outlook, Interim Report March 2025 'Steering to Uncertainty' yang dirilis 17 Maret 2025.

Adapun, dalam laporan OECD pada Desember 2024, Indonesia masih diperkirakan tumbuh 5,2% pada 2025. Melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia ini sejalan dengan disrupsi ekonomi di beberapa negara berkembang lainnya, terutama yang masuk ke dalam kelompok G20. Kendati demikian, OECD melihat perlambatan ekonomi di Indonesia tidak akan sesignifikan China.

"Perlambatan tersebut diproyeksikan tidak terlalu terasa di India dan Indonesia, dengan kedua ekonomi tersebut mengalami beberapa dukungan untuk pertumbuhan ekspor karena mereka menarik bisnis baru yang dialihkan dari negara-negara pengekspor yang menghadapi kenaikan tarif yang lebih tajam," tulis OECD dalam laporannya, dikutip Selasa (18/3/2025).

"Di India, pertumbuhan PDB diproyeksikan sebesar 6,4% pada tahun fiskal 2024-25 dan 6,6% pada tahun fiskal 2025-26, sementara Indonesia diproyeksikan tumbuh sebesar 4,9% pada tahun 2025 dan 5,0% pada tahun 2026," sambung OECD.

OECD juga mengungkapkan di antara negara-negara berkembang, suku bunga kebijakan diproyeksikan akan tetap stabil di Indonesia dan Afrika Selatan dan hanya akan turun sedikit di India.

Kebijakan menahan suku bunga dilakukan untuk membantu menjaga ekspektasi inflasi dan menghindari arus modal keluar (capital outflow) akibat ekspektasi suku bunga kebijakan yang lebih tinggi di Amerika Serikat.

OECD memperkirakan inflasi Indonesia akan berada di angka 1,8% pada 2025. Angka tersebut lebih rendah 0,4% daripada proyeksi OECD pada Desember 2024. Adapun, tahun depan, OECD melihat inflasi RI akan mencapai 2,8%.

"Jalur inflasi yang diproyeksikan secara umum lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya, dengan dampak pertumbuhan yang lebih lambat diimbangi oleh penggabungan data baru dan dampak inflasi bertahap dari kenaikan tarif," kata OECD.

OECD memperkirakan Inflasi utama di G20 akan dari 5,3% pada tahun 2024, menjadi 3,8% pada tahun 2025 dan 3,2% pada tahun 2026. Sementara itu, inflasi inti di negara-negara maju G20 diproyeksikan menjadi 2,7% pada tahun 2024, 2,6% pada tahun 2025 dan 2,4% pada tahun 2026.


(haa/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: RI Jadi Negara Asean Pertama i OECD - Petronas PHK Karyawan

Next Article Prabowo Gabung BRICS, Apa Bedanya Dengan G20 & OECD?

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|