Ogah Bergantung pada AS, Tetangga RI Ini Getol Buang Dolar

21 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketergantungan pada dolar Amerika Serikat (AS) mulai ditinggalkan sejumlah negara di Asia. termasuk dua negara tetangga Indonesia, Singapura dan Malaysia.

Kebijakan yang juga dikenal dengan nama Dedolarisasi ini dilakukan karena kombinasi geopolitik, pergeseran kebijakan moneter global, dan strategi lindung nilai yang dilakukan negara kawasan.

Sejumlah negara juga mencari alternatif untuk menyelesaikan transaksi internasional. Penyebabnya kebijakan perdagangan AS yang kerap berubah, khususnya saat Donald Trump memimpin dan depresiasi atas dolar.

Singapura dan Malaysia, serta negara seperti China dan Taiwan membuat langkah untuk mempromosikan mata uang lokal. China misalnya dengan mempromosikan skema swap mata uang bilateral dan pengembangan yuan digital.

Begitu juga sektor perbankan dan pelaku usaha yang mengalihkan sebagian simpanan dan pembiayaan dari dolar ke mata uang lokal. Tujuannya menimalkan risiko fluktuasi dan biaya lindung nilai yang kian mahal.

Meski banyak negara yang melakukan dedolarisasi, kepala ekonom BMI, Cedric Chehab menjelaskan kebijakan itu masih bersifat siklikal. Kemungkinan dampaknya bisa menjadi struktural saat AS lebih agresif dengan sanksi ekonominya.

Jika itu dilakukan, maka bank sentral di negara lain akan lebih berhati-hati saat menyimpan cadangan devisa berbentuk dolar AS.

Skenario lainnya adalah pemerintah negara lain mengarahkan dana pensiun dengan lebih banyak investasi di dalam negeri.

Sejumlah pengamat juga mengatakan masih sulit menggantikan posisi dolar AS sebagai cadangan utama. FX strategist ING, Fransesco Pesole menjelaskan beberapa keunggulan mata uang tersebut.

"Tidak ada mata uang lain yang memiliki tingkat likuiditas, kedalaman pasar obligasi, dan pasar kredit seperti dolar," kata dia.

Sementara itu, Peter Kinsella dari Union Bancair Privee menekankan pentingnya membedakan pelemahan dolar akibat siklus ekonomi dan tren dedolarisasi lebih dalam. Status sebagai mata uang dominan tetap dipegang dolar meski mengalami sejumlah pelemahan dalam beberapa periode, ungkapnya.

Kinsella menambahkan tren penurunan penggunaan dolar sebagai aset cadangan mungkin akan terus berlanjut. Dampaknya akan terjadi pada emas dari kejadian ini.


(npb/haa)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Kabur dari Indonesia, Taipan Ini Malah Terkenal di Singapura

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|