Panas Timur Tengah-Perang AS Vs China Ancam RI, Wamenperin Bilang Gini

17 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi geopolitik global hingga perang dagang antara Amerika Serikat dan China bakal memberikan dampak terhadap perdagangan RI. Kondisi itu membuat harga energi dan bahan baku melonjak, hingga mengganggu rantai pasok global.

"Kondisi ini mengancam juga kelangsungan industri nasional kita , seperti industri padat karya, tekstil, elektronik rumah tangga, komponen otomotif yang saat ini menghadapi penurunan permintaan ekspor," kata Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza, dalam rapat bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (2/7/2025).

Menurutnya kondisi itu terjadi karena ketegangan global yang dihadapi. Hingga memberikan tantangan pada sektor produksi dan ekspor pada industri itu.

Lebih lanjut, menurut Faisol, dengan ketegangan yang terjadi antara AS - China, membuat banyak hasil industri dari China yang kehilangan pasar terbesarnya di AS.

Imbasnya, produk dari Negeri Panda itu diperkirakan bakal masuk ke pasar dalam negeri RI.

Hal ini juga sudah terlihat dari data Purchasing Managers' Index (PMI) yang menunjukkan PMI manufaktur Indonesia bulan Juni 2025 ada di level 46,9, mengalami kontraksi. Ini adalah kali ketiga berturut-turut kontraksi PMI manufaktur RI. Faisol pun mengatakan, sektor manufaktur berada dalam fase kontraksi, sehingga dibutuhkan kebijakan protektif.

"Tanpa kebijakan protektif yang tepat, produk dalam negeri terdesak barang impor China yang hari ini kehilangan akses dari pasar besar mereka di Amerika Serikat," katanya.

Adapun menurut Politisi PKB ini dengan kondisi saat ini juga akan mempengaruhi realisasi investasi ke Indonesia. Namun menurutnya wilayah Indonesia dan Asia Tenggara masih diproyeksikan mampu menarik keuntungan dari relokasi pabrik yang berasal dari negara maju, melihat nilai dagang Indonesia ke AS juga masih tinggi.

Dari catatannya, mengutip data Trading Economics Mei 2025, Indonesia menempati peringkat ke - 3 dunia dengan negara surplus perdagangan terbesar, dan Amerika Serikat menjadi kontributor terbesar surplus dagang pada bulan itu. Nilainya, mencapai US$ 2,08 miliar atau 10,04% dari total ekspor nasional bulan itu.

"Posisi Indonesia sebagai pemasok produk ke AS yang diperhitungkan, mengingat Indonesia berhasil menempati peringkat kelima sebagai eksportir ke AS dari kawasan ASEAN dengan pangsa 1,16% dari total impor AS," kata Faisol.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Mendag Minta RI Waspada Perang Tarif Trump 2.0, Efek Masuk BRICS?

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|