Pasar Sepi dan Mayoritas Saham Turun, tapi IHSG Ditutup Naik 0,52%

6 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah dan menutup perdagangan hari ini, Senin (7/7/2025) di zona hijau. Setelah sempat terseok di sesi I, indeks mendadak melambung di menit akhir dan ditutup naik 0,52% ke level 6.900. 

Kendati mayoritas saham atau 328 emiten berada di zona merah. Sebanyak 266 saham naik dan 366 tidak bergerak. Nilai transaksi masih terbilang sepi hari ini, yakni Rp 7,48 triliun. 

Sebagai informasi rata-rata nilai transaksi harian lazimnya berada di kisara Rp 10 triliun hingga Rp 13 triliun. Akan tetapi sejak Jumat pekan lalu, nilai transaksi anjlok jauh meninggalkan Rp 10 triliun. 

Volume perdagangan hari ini juga terbilang kecil, yakni 14,33 miliar saham dalam 875,5 ribu kali transaksi. Adapun kapitalisasi pasar hari ini naik menjadi Rp 12.134,72 triliun, imbas kenaikan IHSG. 

Mengutip refinitiv, satu sektor melaju kencang dan membuat IHSG balik arah, yaitu utilitas yang naik 2,39%. Hal ini seiring dengan saham BREN yang naik 2,19% dan menopang 6,65 indeks poin terhadap IHSG. 

Emiten Prajogo Pangestu lainnya, BRPT juga ikut menjaga IHSG di zona positif dengan kontribusi 5,92 indeks poin. Selain duet Prajogo, SMMA, TLKM, AMRT, hingga ASII merupakan penggerak utama IHSG. 

Kontras, saham konglomerat lainnya, AMMN justru menjadi pemberat IHSG hari ini dengan kontribusi -3,16 indeks poin. Lalu diikuti oleh ANTM -1,84 indeks poin dan BBCA -1,70 indeks poin. 

Sementara itu, mayoritas pasar di Asia-Pasifik hari ini ditutup di zona merah. Nikkei di Jepang turun 0,56% dan Hang Seng di Hong Kong turun 0,12%. Begitu pula dengan KLSE di Malaysia yang anjlok 0,82% dan TWII di Taiwan turun 0,53%. Tercatat ada tiga yang menutup perdagangan di zona hijau, yakni STI di Singapura naik 0,34%, Kospi naik 0,17%, dan Shanghai naik tipis 0,02%. 

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan mengatakan indeks saat ini bergerak sideways, artinya tidak menunjukkan tren naik atau turun yang jelas, tapi berfluktuasi dalam rentang sempit, yaitu antara 6.820 sampai 6.980. Ini menggambarkan pasar yang lesu atau sedang menunggu kepastian arah alias wait and see.

DIa juga menyebut kinerja emiten perbankan, yang biasanya jadi pilihan unggulan investasi asing saat ini mengalami perlambatna kinerja. Menurut Ekky, investor asing itu tidak bisa berinvestasi sembarangan karena pasar Indonesia kecil.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article IHSG Merah! Pasar Cemas Deflasi dan Data Ekonomi

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|