Pasien Stroke di Sleman Capai Lebih dari 5.000 Orang

3 hours ago 19

Pasien Stroke di Sleman Capai Lebih dari 5.000 Orang Ilustrasi. - JIBI

Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman mencatat jumlah kumulatif pasien stroke di Bumi Sembada hingga Agustus 2025 mencapai 5.457 orang. Gaya hidup tidak sehat menjadi sebabnya.

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Sleman, Khamidah Yuliati, mengatakan pasien stroke pada 2023 mencapai 5.662 orang, lalu naik pada 2024 menjadi 6.855 orang, dan saat ini ada 5.457 orang.

Prevalensinya pada 2023 0,49%, lalu 2024 0,61%, dan 2025 0,48%. Prevalensi merupakan jumlah kasus suatu penyakit dalam sebuah populasi pada waktu tertentu.

Pola hidup tidak sehat meningkatkan potensi stroke seseorang. Pola hidup seperti merokok dan makan makanan berlemak, garam, dan gula mendorong diabetes melitus dan hipertensi. Obesitas meningkatkan potensi stroke.

Ihwal regulasi pembatasan konsumsi gula, garam, dan lemak sudah termuat di Peraturan Bupati Sleman 91/2023 tentang Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi.

“Dinkes rutin melakukan skrining kesehatan secara rutin baik di Masyarakat maupun berbagai institusi,” kata Yuliati dihubungi, Sabtu (13/9/2025).

BACA JUGA: Aksi Demo Selesai, Layanan SPKT dan SKCK Polda DIY Kembali Dibuka

Edukasi penerapan pola hidup sehat juga terus digelar baik lewat sosialisasi, seminar, pelatihan, maupun media sosial. Inovasi penanganan stroke yang dimiliki Pemkab Sleman saat ini masih mendasarkan pada pencegahan faktor risiko bernama Hipertensi Terkendali di Sleman (HITS) yang kemudian berkembang menjadi Pelayanan Terintegrasi Hipertensi Terkendali di Sleman (Pelita HITS).

Ditanya mengenai rata-rata usia pasien stroke, sebaran kasus memang lebih banyak menyasar pada lansia. Beberapa kasus yang menyasar pemuda disebabkan oleh kecelakaan atau masalah kesehataan bawaan, selain memang ada yang didukung pola hidup tidak sehat. “Kalau angka kematian akibat stroke, pencatatannya dilakukan di rumah sakit,” katanya.

Masyarakat juga dapat secara aktif untuk mengikuti program Cek Kesehatan Gratis (CKG). Selama delapan bulan penyelenggaraan, Dinkes mencatat potensi risiko dari para pasien CKG. Temuan potensi risiko merentang dari tingginya kadar gula darah hingga malnutrisi.

Ketua Tim Kerja Promosi Kesehatan dan Takelkesmas Dinkes Sleman, Cahya Prihantama, mengatakan hasil CKG yang dilakukan 5.821 orang di Sleman menunjukkan sebanyak 91,32% atau sekitar 5.316 orang kekurangan aktivitas fisik. Padahal, aktivitas fisik selain menunjang kebugaran juga mencegah potensi risiko penyakit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|