Pembangunan Groundsill Permanen Srandakan Bantul Dimulai

4 hours ago 1

Pembangunan Groundsill Permanen Srandakan Bantul Dimulai Foto ilustrasi menu Makan Bergizi Gratis berupa mi ayam lengkap dengan sayur dan kerupuk pangsit serta buah. - dok - Harian Jogja

Harianjogja.com, BANTUL – Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) memulai pembangunan groundsill atau sabo permanen di Kalu

rahan Trimurti, Srandakan, Kabupaten Bantul. Proyek pengendali arus Sungai Progo ini dikontrakkan sejak 10 Oktober 2025 dengan masa pengerjaan selama 15 bulan, hingga 31 Desember 2026 dengan anggaran Rp231 miliar. 

Groundsill Srandakan yang lama diketahui jebol pada Januari tahun ini karena peningkatan debit air yang drastis. Instansi terkait sempat membuat sabo darurat dengan material seperti boulder dan karung berisi pasir, tetapi kembali jebol. Pembangunan permanen akhirnya dimulai tahun ini dan diharapkan bisa menahan aliran air serta mencegah sedimentasi yang menggerus dasar sungai. 

Penata Teknik Sungai dan Pantai 2 BBWSSO, Johar Ismail menjelaskan, pembangunan groundsill baru akan dilakukan di hilir bangunan eksisting, mundur sekitar 70 meter dari posisi lama. “Yang lama tetap kami pertahankan. Nanti yang baru ini posisinya di bawahnya, ketinggiannya sedikit lebih tinggi, sekitar 10–20 sentimeter,” ujar Johar, Kamis (16/10/2025).

Menurutnya, langkah ini dilakukan agar bangunan lama tetap berfungsi sebagai penahan awal, sementara struktur baru memperkuat sistem pengendalian arus. “Di lokasi kan juga ada sabo darurat yang lama, sebagian memang sudah mulai terbuka lagi dan batu-batunya bergelimpangan sekitar 50 meter. Jadi posisi groundsill baru diatur agar tidak merusak struktur sabo darurat yang sudah ada,” jelasnya.

Secara teknis, groundsill baru ini memiliki panjang sekitar 300 meter atau selebar Sungai Progo, dengan ketinggian mencapai lebih dari 10,6 meter. Menurut Johar, konstruksi yang baru ini dirancang berbeda dengan sebelumnya yang hanya satu lapis, kali ini konstruksinya dilengkapi subdam di bawahnya. “Jadi ada dua struktur, dam utama dan subdam dengan jarak pelindung sekitar 15 meter,” katanya.

Untuk pondasi, proyek menggunakan material CCSP (Concrete Corrugated Sheet Pile) dengan panjang 12 meter yang dipancang sedalam 5 meter dari dasar sungai. “Kedalaman pondasi dan ketebalan struktur kali ini dibuat lebih kuat dibanding bangunan lama,” tambah Johar.

Tahap awal pekerjaan saat ini masih pada persiapan lapangan, termasuk pembangunan cofferdam, pembersihan area kerja, dan pengangkutan material ke lokasi. “Kami fokus dulu di sisi kanan sungai atau sebelah barat yang Kulonprogo karena aliran utama sekarang cenderung ke timur, setelahnya di tahun kedua baru sisi kiri,” ujarnya.

Pihaknya optimistis struktur baru sabo yang dibangun ini akan lebih tahan terhadap tekanan arus terutama saat musim hujan. “Dengan sistem pondasi ganda dan dukungan groundsill lama di hulu, stabilitasnya jauh lebih baik,” katanya.

Lurah Trimurti, Agus Purwoko menyebut pihak kontraktor telah melakukan sosialisasi kepada warga dan perangkat kelurahan terkait dengan rencana pembangunan sabo baru itu. Pembangunan tersebut, kata dia merupakan kebutuhan jangka panjang yang sudah lama ditunggu warga, mengingat debit sungai kerap berubah seiring kondisi cuaca.

“Rencana groundsill baru di selatan bangunan lama, sekitar 50–100 meter. Kami berharap proyek permanen ini bisa menjaga kondisi sungai yang banyak dimanfaatkan warga di bidang pertanian dan perikanan,” ujarnya.

Pihaknya berharap setelah proyek rampung, warga yang bermukim di sekitar Sungai Progo Srandakan bisa lebih aman dari ancaman banjir atau kekeringan. “Kami menunggu hasilnya. Mudah-mudahan setelah selesai nanti, warga tak lagi khawatir saat musim hujan dan cemas saat musim kemarau,” pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|