Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China saat ini telah memperluas daftar produk yang dapat ditukar masyarakat untuk mendapatkan diskon hingga 20% untuk pembelian barang baru. Aturan baru ini dilakukan Beijing untuk ekonominya yang sedang lesu.
Melansir BBC International pada Senin (13/1/2025), daftar tersebut kini mencakup barang-barang seperti oven microwave, mesin pencuci piring, penanak nasi, dan pemurni air. Sebelumnya, skema tukar tambah yang didukung negara telah mencakup televisi, ponsel, tablet, dan jam tangan pintar serta kendaraan listrik dan hibrida.
Hal ini terjadi di tengah sejumlah tantangan ekonomi yang menggelayuti negara ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut. Permintaan konsumen China telah melemah dengan krisis properti semakin dalam.
"Sebanyak 81 miliar yuan (sekitar Rp179 triliun) telah dialokasikan tahun ini untuk skema tukar tambah barang konsumen," lapor laman itu.
"Badan perencanaan ekonomi utama China mengatakan skema yang sebelumnya diluncurkan pada Maret 2024, telah menghasilkan dampak yang terlihat," tambahnya.
Meski begitu, beberapa ekonom mempertanyakan apakah skema tersebut akan cukup untuk meningkatkan permintaan konsumen secara signifikan. Ekonom yang berbasis di China, Dan Wang, mengatakan "langkah tersebut masih jauh dari cukup untuk meningkatkan konsumsi".
Hal sama dikatakan Kepala Ekonomi China di Moody's Analytics, Harry Murphy Cruise. Ia mengatakan meskipun telah mendukung penjualan beberapa barang yang terdaftar, seperti mobil dan peralatan, namun belum mendorong peningkatan belanja secara keseluruhan.
Dalam beberapa bulan terakhir, China telah mendorong lebih banyak langkah untuk mendukung ekonomi domestiknya karena eksportir negara tersebut menghadapi tantangan yang semakin besar. Pada Desember 2024, pertemuan penting para pemimpin China menekankan perlunya upaya kuat untuk meningkatkan belanja konsumen.
Itu terjadi ketika Presiden terpilih Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif 60% pada produk buatan Beijing. China akan mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi 2024 minggu depan, yang menurut Beijing diharapkan akan mencapai sekitar 5%.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Apa Itu Virus HMPV China? Ini Gejala dan Risikonya
Next Article Perhatian, Produksi Pabrik China Melambat & Tak Penuhi Ekspektasi