Penuh Tantangan, Bos BRI: Tahun Ini Tidak Cukup Hanya Hati-Hati

1 month ago 30

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mengungkapkan ada berbagai tantangan yang dihadapi di tahun 2025. Menurut Direktur Utama BRI Sunarso, tidak cukup untuk hanya berhati-hati dalam menangkal situasi ini.

Ia mengatakan tahun ini pemulihan pertumbuhan ekonomi global masih diliputi ketidakpastian. Seperti dengan kebijakan proteksionis dan tarif Amerika Serikat (AS) terhadap Tiongkok, Meksiko, dan Kanada yang berpotensi menimbulkan perang dagang.

Kemudian, Sunarso menyebut kebijakan bank sentral AS Federal Reserve yang cenderung hawkish akan menjadi tantangan pertumbuhan ekonomi domestik. Menurutnya, kita tidak bisa berharap banyak pada penurunan suku bunga.

"Yang harus kita antisipasi adalah melimpah jalan melubernya tekanan-tekanan barang dari luar untuk masuk ke Indonesia dan itu kita harus jaga dengan baik supaya kita di sini tidak kehilangan pekerjaan. Itu yang paling penting karena tugas kita yang utama adalah menciptakan lapangan kerja sebenarnya," kata Sunarso saat Paparan Kinerja Keuangan 2024 BRI secara virtual, Rabu (12/2/2025).

Selanjutnya, di dalam negeri ada tantangan turunnya inflasi secara signifikan di bulan Januari. Itu dapat menekan daya beli dan juga konsumsi masyarakat, dan kemudian berdampak buruk terhadap UMKM.

"Driver utama untuk loan demand ataupun loan growth terutama di UMKM ini adalah dua hal ini yaitu purchasing power, daya beli masyarakat dan juga possible consumption, konsumsi rumah tangga. Kalau ini menurun maka permintaan terhadap kredit juga akan menurun terutama di UMKM, itu yang harus kita address," terang Sunarso.

Di samping itu, ia mengatakan untuk bertumbuh, perbankan masih harus menghadapi tantangan likuiditas. Sebab, dengan tidak bisa diharapkannya penurunan suku bunga Federal Reserve dan potensi perang dagang akan berdampak pada nilai tukar mata uang asing. Sunarso menjelaskan, respon yang paling instan untuk keadaan itu adalah dengan menaikkan suku bunga. Respon itu kemudian bakal menimbulkan tantangan likuiditas.

"Rasanya sih tidak cukup hati-hati, kita cukup prudent kalau kita menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 7% sampai 9%. Dan kemudian kita jaga net interest margin di kisaran 7,3% sampai 7,7%," kata Sunarso.

Dalam menghadapi isu kualitas kredit terutama bagi segmen UMKM, Sunarso mengatakan perlu berjaga-jaga dengan menetapkan biaya kredit atau cost of credit sekitar 3% sampai 3,2% untuk tahun ini. Sementara untuk rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) ditargetkan bisa berada di bawah level 3%.

Tak kalah penting, rasio biaya terhadap pendapatan atau cost to income ratio (CIR) BRI ingin dijaga untuk berada di kisaran 42% hingga 44%.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Perhatian! BRI Bagi-Bagi Dividen Interim Hingga Rp20,33 Triliun

Next Article Bos BRI (BBRI) Ungkap Kapan Pangkas Suku Bunga Kredit & Deposito

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|