Perang Dagang Trump 'Makan Korban' Hong Kong, Tetangga RI Untung

2 days ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang dagang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memakan korban baru. Hong Kong, menjadi salah satunya.

Mengutip Reuters Jumat (7/3/2025), perusahaan perkapalan dunia kini mulai menarik diri dari operasi di wilayah otonomi khusus China tersebut. Beberapa perusahaan pelayaran bahkan diam-diam memindahkan operasinya dari bekas jajahan Inggris itu dan mencabut kapal dari daftar benderanya.

Mereka khawatir kapalnya dapat dibajak oleh otoritas China. Bahkan, dikenai sanksi AS dalam konflik antara Beijing dan Washington.

"Penekanan Beijing pada peran Hong Kong dalam melayani kepentingan keamanan China dan meningkatnya pengawasan AS terhadap pentingnya armada komersial China dalam kemungkinan bentrokan militer, seperti di Taiwan, menyebabkan keresahan di seluruh industri," ujar enam eksekutif perusahaan pelayaran.

Perlu diketahui, Kantor Perwakilan Dagang AS bulan lalu mengusulkan untuk mengenakan biaya pelabuhan AS yang tinggi pada perusahaan pelayaran China dan perusahaan lain yang mengoperasikan kapal buatan Negeri Tirai Bambu. Hal ini dilakukan untuk melawan "dominasi yang ditargetkan" China dalam pembuatan kapal dan logistik maritim.

Pada bulan September, Washington memperingatkan bisnis Amerika tentang meningkatnya risiko beroperasi di Hong Kong. Diketahui, wilayah itu merupakan tempat AS melempar sejumlah sanksi terhadap pejabat yang terlibat dalam tindakan keras keamanan.

Sebenarnya, selama lebih dari satu abad, Hong Kong telah menjadi pusat bagi pemilik kapal dan para pialang, pemodal, penjamin emisi, serta pengacara yang mendukung mereka. Data resmi menunjukkan bahwa industri maritim dan pelabuhannya menyumbang 4,2% dari PDB pada tahun 2022.

Kapal komersial harus didaftarkan, atau ditandai, dengan negara atau yurisdiksi tertentu untuk mematuhi peraturan keselamatan dan lingkungan. Menurut VesselsValue, bendera Hong Kong sendiri merupakan bendera kedelapan yang paling banyak dikibarkan oleh kapal-kapal di seluruh dunia.

Meskipun ada banyak kapal yang dioperasikan China yang masuk ke dalam daftar Hong Kong, menurut analisis independen oleh VesselsValue, jumlah kapal laut yang ditandai di kota tersebut turun lebih dari 8% menjadi 2.366 pada bulan Januari dari 2.580 empat tahun sebelumnya. Data pemerintah menunjukkan penurunan yang serupa.

Di antara kapal-kapal yang meninggalkan registrasi Hong Kong, 74 kapal berganti bendera menjadi Singapura dan Kepulauan Marshall pada tahun 2023 dan 2024. Ini terjadi terutama kapal pengangkut curah kering yang dirancang untuk mengangkut komoditas seperti batu bara, bijih besi, dan biji-bijian.

"Sekitar 15 kapal tanker dan tujuh kapal kontainer secara terpisah meninggalkan registrasi Hong Kong untuk bendera tersebut," menurut VesselsValue.

Tetangga RI Untung

Sementara itu, Basil Karatzas, konsultan yang berbasis di AS di Karatzas Marine Advisors & Co, mengatakan Singapura telah menjadi tempat tinggal yang lebih disukai bagi perusahaan-perusahaan yang terdampak China. Hal ini karena Singapura menawarkan banyak efisiensi, termasuk sistem hukumnya, tetapi risikonya lebih rendah daripada Hong Kong.

Namun, Otoritas Maritim dan Pelabuhan Singapura mengatakan keputusan tentang tempat tinggal dan pemberian bendera baru didasarkan pada pertimbangan komersial. Otoritas tersebut tidak mengamati adanya "perubahan signifikan" dalam jumlah perusahaan pelayaran yang berbasis di Hong Kong yang merelokasi operasi atau mengganti bendera kapal ke Singapura.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Singapura Bersiap Hadapi Dampak Perang Dagang AS & China

Next Article Dunia Makin Kacau, China Respons Perang Dagang Jilid II Trump

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|