Harianjogja.com, SLEMAN--Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Sleman menyampaikan kepesertaan program Keluarga Berencana (KB) oleh laki-laki terus mengalami peningkatan. Peningkatan ini menunjukkan semakin banyak laki-laki yang terlibat dalam program KB.
Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan KB DP3AP2KB, Dwi Wiharyanti, mengatakan capaian kepesertaan program KB oleh laki-laki sejak awal tahun hingga pekan pertama September 2025 mencapai 27% dari 97.371 peserta KB aktif atau sekitar 26.290 laki-laki.
Sedangkan, peserta laki-laki sepanjang 2024 mencapai 25% dari 100.296 peserta aktif atau sekitar 25.074 laki-laki. Lalu, peserta laki-laki sepanjang 2023 mencapai 20% dari 99.958 peserta aktif atau sekitar 19.991 laki-laki.
Pada tahun lalu, peserta lebih banyak memilih jenis KB Suntik 41%, lalu Intrauterine Device (IUD) 26%, Condom 18%, Implan 5%, MOW 5%, Pil 6%, MOP 0,33%, dan MAL 0,09%.
Pemkab Sleman terus mendorong kepesertaan program KB. Upaya ini dilakukan dengan cara memberikan reward khusus peserta KB Vasektomi. Mendasarkan pada Peraturan Bupati 75/2023 tentang Jaring Pengaman Sosial, per akseptor akan mendapat Rp1 juta.
BACA JUGA: Kawan Kompak Perkuat Dukungan untuk Pasien Psoriasis dan Vitiligo
Program ini pun telah berhasil menurunkan jumlah kelahiran di Bumi Sembada. Indikator keberhasilannya mengacu pada tren data total fertility rate (TFR) atau rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh Perempuan usia produktif 15 tahun – 49 tahun.
TFR ideal secara nasional Adalah di bawah 2,1. TFR di Sleman relatif rendah dan berada di bawah angka ideal nasional 2,1, meski pada 2024 sedikit naik menjadi 1,8 dibanding 2023 yang berada di angka 1,77.
“Artinya jumlah kelahiran di Sleman semakin menurun. Program KB di Sleman berarti berhasil,” kata Wiharyanti dihubungi, Sabtu (13/9/2025).
Wiharyanti menambahkan Pemkab Sleman juga menyoroti tren pasangan usia subur (PUS) yang memilih childfree, yang menurut data BPS DIY pada 2022 mencapai 8,4%.
Persentase PUS yang memilih childfree di DIY ada pada angka 8,4% pada 2022 yang mana lebih tinggi dari persentase nasional 8,2%.
“Kami juga mencoba menekan gerakan childfree yang semakin berkembang dalam rangka mempertahankan penduduk tumbuh seimbang di Sleman,” katanya.
Ada dua hal yang terus Pemkab Sleman lakukan, yaitu advokasi melalui media social, media massa, dan media elektronik, serta melaksanakan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada masyarakat lewat tenaga lini lapangan (PKB, PLKB), kader kelompok kegiatan bina keluarga remaja (BKR), pusat informasi dan konseling remaja (PIK R), dan sekolah siaga kependudukan (SSK).
Kepala DP3AP2KB Sleman, Novita Krisnaeni, menambahkan Pemkab Sleman juga memberi atensi terhadap keseimbangan jumlah penduduk usia produktif dan nonproduktif. Hal ini bisa dilihat lewat angka ketergantungan atau dependency ratio.
Angka ketergantungan di Kabupaten Sleman meningkat dari 43,75 pada 2023 menjadi 46,11 pada 2024. Artinya, setiap 100 penduduk usia produktif menanggung beban 44 penduduk pada 2023 dan 46 penduduk pada 2024.
“Kami tetap menyelenggarakan program pemberdayaan lansia lewat kegiatan bina keluarga lansia dan sekolah lansia. Dengan begitu lansia di Sleman tetap sehat, tangguh, dan produktif,” ucapnya.
Peningkatan jumlah lansia di Sleman juga ditandai dengan usia harapan hidup yang meningkat dari 75,26 pada 2023 menjadi 75,48 pada 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News