Pilu dan Ironi di Sekitar Pembangunan Taj Mahal

3 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Shah Jahan (1592–1666) membangun Taj Mahal demi mengenang istri keduanya, Arjumand Banu Begum alias Mumtaz Mahal. Kisah cinta di antara mereka berdua sudah terjalin lama.

Raja yang memimpin Imperium Mughal pada abad ke-17 M tersebut mengenal wanita ini sejak masih berusia anak-anak. Sebab, bapak si gadis merupakan seorang pengabdi di Istana saat era Akbar.

Dari pernikahannya dengan Mumtaz Mahal, Shah Jahan dikaruniai 14 orang putra-putri. Betapa bahagianya penguasa Mughal tersebut akan kepribadian dan kecantikan sang istri tercinta. Namun, hatinya hancur sesudah anak bungsunya yang bernama Gauhara Begum lahir. Sebab, istrinya meninggal tidak lama usai melahirkan.

Mumtaz Mahal wafat dalam usia 38 tahun. Jenazahnya kemudian dimakamkan di Agra. Di kompleks makam itu pula, Shah Jahan mendirikan Taj Mahal sebagai bangunan sekaligus taman nan indah demi mengingat dan mengenang sang istri.

Taj Mahal berada di atas lahan seluas 17 hektare. Bangunan utamanya terbuat dari bahan dasar marmer putih. Perancangnya merupakan arsitek resmi Kerajaan Mughal yang berdarah Persia, yakni Ahmad Lahori.

Sekitar 20 ribu seniman dipekerjakan Shah Jahan guna menyempurnakan kompleks mausoleum tersebut. Di dekat bangunan utama, dibangunlah taman, kolam air mancur, masjid, dan rumah-rumah penginapan khusus kalangan istana. Keanggunan Taj Mahal amat mempesona, bahkan hingga saat ini menjadi salah satu keajaiban dunia.

Memang, sejak Mumtaz Mahal wafat, kondisi psikologis kaisar Mughal itu terus merosot. Ia tidak lagi fokus dalam membuat kebijakan-kebijakan negara. Bahkan, keadaan semakin parah dengan perang saudara yang dilakukan anak-anaknya. Mereka berambisi merebut takhta, tidak peduli pada ayahnya yang berduka.

Menjelang akhir hayatnya, Shah Jahan mendekam di Benteng Agra akibat intrik politik di lingkungan istana. Ironisnya, yang memenjarakan dirinya adalah salah seorang anaknya, yakni Aurangzeb.

Setiap hari di kamar tahanan, raja-kelima Dinasti Mughal itu hanya bisa memandangi Taj Mahal dari jendela. Membayangkan wajah istrinya yang amat dirindukan. Pada 1666, Shah Jahan menghembuskan napas terakhir. Sesuai wasiatnya, jasadnya dikebumikan bersebelahan dengan makam Mumtaz Mahal di dalam Taj Mahal.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|