Foto ilustrasi Waste to Energy. / Freepik
Harianjogja.com, BANTUL – Upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul dalam mengatasi persoalan sampah terus berkembang seiring rencana penerapan teknologi waste to energy (WTE) atau Pengelolaan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL).
Program ini menjadi salah satu langkah strategis menuju pengelolaan sampah modern dan berkelanjutan. Namun, realisasi proyek tersebut masih menunggu penyelesaian sejumlah aspek teknis dan administratif lintas wilayah.
Pemkab Bantul menargetkan peletakan batu pertama pembangunan fisik PSEL dilakukan pada pertengahan 2026. Lahan yang disiapkan berada di kawasan eks Kelompok Badan Pengelola Unit (KBPU), di sisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, seluas sekitar 5,8 hektare. Lahan tersebut merupakan aset milik Pemerintah Daerah (Pemda) DIY.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul, Bambang Purwadi Nugroho, menjelaskan bahwa saat ini pemerintah tengah menyiapkan lahan dan infrastruktur pendukung proyek tersebut. Proses ini juga menunggu revisi terhadap Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 yang menjadi dasar pelaksanaan proyek PSEL.
“Saat ini kami fokus pada penyiapan lahan serta kelengkapan infrastruktur pendukung. Prosesnya juga menunggu revisi Perpres Nomor 35 Tahun 2018 sebagai dasar hukum pelaksanaan proyek,” ujar Bambang, Minggu (12/10/2025).
Menurut Bambang, verifikasi lapangan terhadap calon lokasi PSEL di lahan eks KBPU TPA Piyungan telah dilakukan dengan hasil positif. Tim verifikator menilai area tersebut memenuhi syarat, meski perlu penambahan jalur listrik dan pasokan air untuk mendukung operasional fasilitas.
Selain itu, pemerintah daerah juga diminta menyiapkan sarana pengangkut sampah agar distribusi menuju fasilitas PSEL berjalan lancar. Kapasitas pasokan sampah diharapkan meningkat dari sekitar 1.000 ton per hari menjadi 1.400 ton per hari, dengan kemungkinan kerja sama tambahan dari daerah sekitar seperti Kulonprogo, Gunungkidul, atau bahkan Klaten.
Sektor hotel, restoran, dan kafe (Horeka) juga diharapkan turut berkontribusi dalam penyediaan pasokan sampah untuk PSEL.
Kerja Sama Tiga Daerah
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, menegaskan bahwa proyek WTE masih dalam tahap awal pembahasan. Ia menyebut pelaksanaannya tidak hanya melibatkan Kabupaten Bantul, tetapi juga Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman.
“Saya belum bisa berkomentar banyak karena ini menyangkut tiga daerah: Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Sleman,” ujar Halim.
Menurut Halim, proyek ini akan dijalankan oleh perusahaan Danantara, dengan target minimal mengelola 1.000 ton sampah per hari agar proses konversi menjadi energi listrik dapat berjalan optimal.
“Ini proyek nasional. Setiap daerah, terutama Bantul, Jogja, dan Sleman, harus bisa menyetor sampah minimal 1.000 ton per hari agar mesin pembangkit bisa menghasilkan listrik,” paparnya.
Halim menjelaskan, teknologi WTE bekerja melalui proses insinerasi atau pembakaran sampah pada suhu tinggi. Panas yang dihasilkan diubah menjadi uap untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik. Nantinya, listrik yang dihasilkan akan dibeli oleh PLN sesuai regulasi pemerintah pusat.
Tantangan Volume Sampah
Meski demikian, volume sampah di Bantul saat ini cenderung menurun akibat keberhasilan gerakan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
“Karena ada gerakan pengelolaan sampah di Kabupaten Bantul, jumlah sampah yang masuk TPA menurun. Sampah liar yang tidak terkelola pun kini tinggal sekitar 30 ton per hari,” jelas Halim.
Sementara itu, Kota Yogyakarta masih menghasilkan sekitar 150 ton sampah per hari, dan Kabupaten Sleman bahkan lebih banyak lagi. Karena itu, kerja sama lintas wilayah menjadi syarat utama agar proyek WTE dapat beroperasi sesuai kapasitas yang direncanakan.
“Kalau Bantul sendiri tidak mungkin memenuhi 1.000 ton per hari. Harus ditambah dari Kota Yogyakarta dan Sleman. Nanti akan dihitung, Sleman bisa berapa, Kota berapa, dan Bantul berapa,” katanya.
Meski proyek PSEL masih dalam tahap koordinasi, Bantul telah memiliki sejumlah investasi dan inisiatif lokal dalam pengelolaan sampah. Program-program ini menjadi modal awal yang akan diperhitungkan dalam realisasi proyek WTE.
“Jangan tanya pastinya dulu, ini baru diskusi. Baru kemarin saya bertemu Bupati Sleman, Pak Harda, dan Wali Kota Yogyakarta, Pak Hasto. Kami baru ngobrol ringan, tapi pengerucutannya akan dilakukan beberapa hari ke depan,” tutup Halim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News