Potret Negeri Kaya Minyak Terjerat Krisis Listrik Gegara AS

3 hours ago 5
CNBC Indonesia News Foto News

FOTO Internasional

Reuters, CNBC Indonesia

19 September 2025 21:50

Orang-orang berjalan di sepanjang jalan tua sementara jalinan kabel listrik yang kusut dari generator yang memasok listrik ke rumah-rumah tergantung di atas gedung-gedung, di Baghdad, Irak, 10 September 2025. (REUTERS/Thaier Al-Sudani)

Beberapa orang beraktifitas di sepanjang jalan tua sementara jalinan kabel listrik yang kusut dari generator yang memasok listrik ke rumah-rumah tergantung, di Baghdad, Irak. Irak kembali terjebak krisis listrik setelah rencana impor gas dari Turkmenistan via Iran gagal akibat penolakan AS, memaksa Baghdad mencari sumber energi lain. (REUTERS/Thaier Al-Sudani)

Orang-orang berjalan di sepanjang jalan tua sementara jalinan kabel listrik yang kusut dari generator yang memasok listrik ke rumah-rumah tergantung di atas gedung-gedung, di Baghdad, Irak, 10 September 2025. (REUTERS/Thaier Al-Sudani)

Dilansir Reuters, Jumat (19/9/2025) sejak invasi pimpinan AS pada 2003 yang menggulingkan Saddam Hussein, Irak yang kaya minyak tak kunjung mampu memenuhi kebutuhan listrik warganya. Kondisi ini memaksa jutaan orang mengandalkan generator pribadi dengan biaya tinggi. Beban ekonomi dan ketidakpastian pasokan listrik terus memicu keresahan sosial, terutama di musim panas ketika konsumsi energi melonjak. (REUTERS/Thaier Al-Sudani)

Orang-orang berjalan di sepanjang jalan tua sementara jalinan kabel listrik yang kusut dari generator yang memasok listrik ke rumah-rumah tergantung di atas gedung-gedung, di Baghdad, Irak, 10 September 2025. (REUTERS/Thaier Al-Sudani)

Kesepakatan yang diusulkan sejak 2023 sejatinya memberi peluang Turkmenistan menyalurkan gas hingga 5 miliar meter kubik per tahun melalui Iran. Skema itu memungkinkan Iran menerima sebagian kecil pasokan untuk kebutuhannya, sementara gas utama dialirkan ke Irak. Baghdad bahkan menawarkan pengawasan internasional agar transaksi tetap sesuai aturan sanksi AS. Namun, pemerintahan Presiden Donald Trump menolak dengan alasan kesepakatan itu berpotensi menguntungkan Iran. (REUTERS/Mohammed Aty)

Orang-orang berjalan di sepanjang jalan tua sementara jalinan kabel listrik yang kusut dari generator yang memasok listrik ke rumah-rumah tergantung di atas gedung-gedung, di Baghdad, Irak, 10 September 2025. (REUTERS/Thaier Al-Sudani)

Penolakan AS memaksa Irak menghadapi dilema geopolitik yang sulit. Di satu sisi, Baghdad sangat bergantung pada Washington sebagai mitra strategis; di sisi lain, listrik negaranya selama ini bergantung pada impor dari Iran. Data resmi menunjukkan hampir sepertiga kebutuhan listrik Irak berasal dari gas Iran, dengan total impor mencapai 9,5 miliar meter kubik pada 2024. (REUTERS/Thaier Al-Sudani)

Orang-orang berjalan di sepanjang jalan tua sementara jalinan kabel listrik yang kusut dari generator yang memasok listrik ke rumah-rumah tergantung di atas gedung-gedung, di Baghdad, Irak, 10 September 2025. (REUTERS/Thaier Al-Sudani)

Situasi semakin genting setelah Washington menghentikan keringanan sanksi pada Maret lalu, yang sebelumnya memungkinkan Irak membayar listrik Iran. Akibatnya, kapasitas listrik nasional berkurang sekitar 3.000 megawatt, atau lebih dari 10 persen kebutuhan, setara pasokan untuk 2,5 juta rumah. Kementerian Kelistrikan Irak bahkan memperingatkan potensi kegagalan sistem nasional menjelang musim panas. (REUTERS/Thaier Al-Sudani)

Orang-orang berjalan di sepanjang jalan tua sementara jalinan kabel listrik yang kusut dari generator yang memasok listrik ke rumah-rumah tergantung di atas gedung-gedung, di Baghdad, Irak, 10 September 2025. (REUTERS/Thaier Al-Sudani)

Untuk mengurangi ketergantungan pada Iran, Irak kini menjajaki opsi impor gas alam cair (LNG) dari Qatar dan Oman. Pemerintah juga berencana menyewa terminal LNG terapung guna menampung pasokan tersebut. Selain itu, Baghdad menggandeng perusahaan energi global seperti TotalEnergies, BP, dan Chevron untuk mempercepat pengembangan ladang gas domestik. (REUTERS/Mohammed Aty)

Orang-orang berjalan di sepanjang jalan tua sementara jalinan kabel listrik yang kusut dari generator yang memasok listrik ke rumah-rumah tergantung di atas gedung-gedung, di Baghdad, Irak, 10 September 2025. (REUTERS/Thaier Al-Sudani)

TotalEnergies baru-baru ini mengumumkan fase kedua proyek senilai 27 miliar dolar AS di ladang Ratawi, yang ditargetkan meningkatkan produksi minyak, gas, sekaligus listrik. BP juga telah mendapat lampu hijau untuk menggarap kembali ladang minyak raksasa Kirkuk. “Kami sedang memperluas pembangkit listrik tenaga gas kami. Kami akan membutuhkan lebih banyak gas dan lebih banyak sumber daya,” ujar Adel Karim, penasihat perdana menteri Irak untuk urusan kelistrikan. (REUTERS/Thaier Al-Sudani)


Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|