Puluhan Ekonom Dunia Yakin Kebijakan Trump Tak Segalak Mulutnya

3 months ago 30

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak 67 ekonom dunia menaruh perhatian khusus terhadap perkembangan ekonomi di Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Donald Trump, yang kembali terpilih sebagai Presiden AS. Mayoritas dari mereka menganggap kepemimpinan Trump 2.0 akan memberi dampak gangguan terhadap ekonomi global dalam jangka panjang.

Pandangan mereka itu terangkum dalam Chief Economists Outlook edisi Januari 2025 yang dipublikasikan World Economic Forum (WEF). Dari total 67 ekonom dunia yang diminta tanggapan terhadap perkembangan politik dan ekonomi di AS itu, 61% menganggap akan terjadi disrupsi terhadap ekonomi global akibat kepemimpinan Trump di AS.

"Di antara para kepala ekonom yang disurvei, ada suara bulat bahwa perkembangan di AS akan mengubah lintasan jalur perbaikan ekonomi global, dengan mayoritas 61% menganggap perubahan ini sebagai pergeseran jangka panjang daripada gangguan jangka pendek," dikutip dari Chief Economist Outlook 2025, Jumat (17/1/2025).

Dalam survei itu, mayoritas ekonom melihat akan terjadi titik balik secara signifikan terhadap aktivitas ekonomi global dari kepemimpinan kedua Trump di AS, di antaranya ialah gangguan di sektor perdagangan dunia, migrasi, deregulasi, kebijakan fiskal, kebijakan industri, hingga kebijakan luar negeri. Didasari pada pernyataan Trump selama kampanye Pilpres 2024 silam.

Hanya satu hal yang para ekonom ini anggap tidak akan ada perubahan signifikan, yakni kebijakan moneter Bank Sentral AS, The Federal Reserve atau The Fed. Mayoritas dari mereka (68%) The Fed akan terus independen dalam mengeluarkan kebijakan moneter, sehingga masih akan berpotensi terbebas dari intervensi Trump dan kongres AS.

"Tapi, kebijakan moneter mungkin akan bisa terpengaruh, karena memiliki peran penting dalam meredam perkembangan ekonomi di sektor riil, bila nantinya terjadi perubahan signifikan terhadap perkembangan inflasi akibat kebijakan-kebijakan yang dibuat Trump," tulis WEF.

Dalam survei itu, muncul indikasi kekhawatiran para kepala ekonomi lembaga publik ataupun swasta yang disurvei, bahwa penyimpangan signifikan dalam kebijakan ekonomi Trump bisa saja sepenuhnya terjadi sebagaimana yang ia gembar-gemborkan selama masa kampanye.

Namun, dalam melihat implementasi kebijakan ekonomi yang disampaikan Trump selama masa kampanye, mayoritas ekonom menganggap ia tak akan sepenuhnya merealisasikan berbagai kebijakan tersebut. Misalnya, 90% ekonom meyakini Trump tidak akan menerapkan tarif perdagangan yang baru atau lebih tinggi terhadap negara-negara mitra dagang AS.

"Lebih dari 90% memperkirakan tarif baru AS akan lebih kecil daripada yang dijanjikan Trump selama masa kampanye. Oleh karena itu, kehati-hatian diperlukan dalam mengantisipasi kemungkinan besarnya perubahan kebijakan pada 2025 dan tahun-tahun seterusnya," tulis WEF.

Salah satu pengaruh potensial yang menahan kebijakan Trump terkait tarif itu adalah harga konsumen di AS yang masih terbilang tinggi, membuat para ekonom percaya administrasi Trump tidak akan mengambil risiko dengan kebijakan yang berisiko makin memperparah kenaikan harga-harga konsumen.

"Namun, di antara para kepala ekonom, 94% memperkirakan tingkat inflasi akan meningkat di bawah pemerintahan baru, dengan proporsi yang memperkirakan inflasi tinggi pada tahun 2025 semakin berlipat ganda," tulis WEF dalam Chief Economists Outlook edisi Januari 2025.

Memburuknya tekanan harga di AS bagi para ekonom juga lebih realistis terdorong akibat beberapa aspek kebijakan Trump, di antaranya stimulus fiskal yang akan ia terapkan untuk memangkas pajak, hingga tingkat upah yang masih berpotensi masih tinggi karena minimnya pasokan tenaga kerja, imbas dari kebijakan imigrasi yang tak ramah terhadap imigran, dengan janji kampanye untuk melakukan deportasi massal para imigran.

Di sisi lain, para ekonom (97%) juga meyakini tingkat utang AS akan naik di bawah kepemimpinan Trump, karena keyakinan mereka terhadap kebijakan belanja negara pemerintah AS yang akan sangat tinggi saat dipangkasnya berbagai kebijakan pajak. Ini membuat 80% dari mereka meyakini pasar keuangan di AS akan semakin cerah, termasuk pasar saham karena sektor bisnis terstimulasi oleh kebijakan pajak dan deregulasi.

"Secara global, AS akan membuat tren pertumbuhan jelas lebih suram, dengan mayoritas memperkirakan dampak negatif terhadap pertumbuhan akan terjadi dalam jangka pendek (68%), jangka menengah (80%) dan jangka panjang (65%)," tulis WEF.


(haa/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Soal Kebijakan Tarif Trump, DPR Wanti-Wanti Ini

Next Article Trump Menang Pemilu AS 2024, Ini Kebijakan Ekonomi & Sikapnya ke NATO

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|