Nasabah dari berbagai daerah mengambil alih dan mengamankan aset koperasi BLN berupa pabrik pemecah batu di Banyudono, Tanduk, Ampel, Boyolali, Selasa (7/10/2025) siang. (Solopos - Ni'matul Faizah)
Harianjogja.com, BOYOLALI—Diduga jadi aset koperasi Bahana Lintas Nusantara (BLN), puluhan nasabah dari berbagai daerah menggeruduk ke pabrik pemecah batu di Banyusodo, Tanduk, Ampel, Boyolali, pada Selasa (7/10/2025) siang.
Meski cuaca panas, mereka nekat memalu gembok di gerbang berwarna hijau lalu membukanya. Mereka serentak masuk sambil berteriak satu hal yaitu pabrik pemecah batu tersebut adalah milik mereka.
Seusai aksi, nasabah BLN juga mengunci gerbang dengan gembok baru yang mereka beli hingga memasang spanduk bertuliskan “Aset Di Dalam Lokasi Ini Milik Korban BLN”.
Terpantau, di tengah cuaca panas pukul 14.00, mereka berjalan-jalan di lahan luas yang mereka katakan sebagai aset BLN. Ada yang menaiki gunungan kerikil hingga ke mesin pemecah batu sambil berteriak-teriak.
Seorang perempuan dari Grobogan, Untit Krisnayogi, menangis tersedu-sedu di tumpukan batu kerikil. Ia terus meneriakkan nasib anak-anaknya yang tidak bisa punya uang saku seperti teman-teman sebayanya karena dirinya terlilit utang bank demi investasi ke koperasi BLN sebesar Rp240 juta.
“Saya investasi ke BLN Rp240 juta, baru kembali sekali. Saya terakhir menabur pada Desember 2024 tapi baru kembali Januari 2025,” kata dia kepada wartawan di lokasi.
Ia mengaku marah kepada teman-temannya yang mengajaknya ikut berinvestasi ke BLN. Undit mengatakan aset BLN berupa bebatuan sehingga alat berat tersebut milik nasabah.
“Saya ingin mengambil milik saya. Kerugian saya Rp240 juta, saya pinjam ke bank Rp250 juta. Per bulan bayar Rp15,6 juta. Dampaknya, anak saya misal uang sakunya Rp5.000 jadi Rp3.000 per hari. Anak saya yang di SMK, pondok, dia uang sakunya cuma Rp3.000,” kata dia.
Ia berharap uangnya bisa kembali walaupun hanya pinjaman pokok. Hal tersebut untuk membayar utangnya di bank.
Tak Ingin Mengambil Secara Pribadi
Sementara itu, juru bicara nasabah koperasi BLN, Aris Carmadi, menyampaikan korban yang berdatangan ke lokasi tersebut berasal dari Boyolali, Grobogan, Klaten, Rembang, Yogyakarta, Magelang, dan sebagainya.
Ia menjelaskan kedatangan nasabah untuk mengamankan aset BLN. Aris menyebut sebelum diambil alih nasabah, truk-truk dan beberapa alat berat yang biasanya ada di pabrik sudah terlebih dahulu disembunyikan oleh orang kepercayaan pemilik BLN. Nasabah tidak mau hal tersebut terjadi lagi, terlebih karena aset tersebut bisa dicairkan atau dilikuidkan.
“Di sini terdapat alat berat yang nilainya sampai Rp6 miliar, kami di sini mengamankan karena kasus sudah sampai proses hukum. Kami mengamankan sampai proses hukum selesai, kami tidak ingin mengambil secara pribadi. Kami tidak ingin melakukan perampasan, tapi kami mengamankan supaya tidak hilang barang-barang bukti ini,” kata dia.
Aris menjelaskan tanah untuk pabrik pemecah batu milik salah satu nasabah. Namun, usaha tersebut dipimpin oleh Sekretaris BLN pusat dan komisarisnya yaitu pemilik BLN, Nicholas Nyoto Prasetyo. Menurutnya, usaha pemecah batu tersebut telah berjalan sejak Oktober 2023. Setelah penggantian gembok, nasabah BLN menuju Polres Boyolali untuk menyerahkan remote alat berat ke penyidik.
Sementara itu, Kapolsek Ampel, AKP Sunarto, menyampaikan pihaknya hanya bertugas mengamankan aksi nasabah koperasi BLN. Ada sekitar 15 personel kepolisian yang dikerahkan dalam pengamanan.
“Kami hanya mengamankan jangan sampai terjadi tindak pidana lain. Maksudnya tindakan lain seperti pengambilan atau mungkin misal di sini ada yang jaga dipukul, jangan sampai seperti itu. Kami sebagai pemangku wilayah bertugas untuk mencegah hal tersebut,” jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : espos.id