Radu, Kata Siluman?

23 hours ago 2

Ada radu di KBBI, kata dasar dari beradu (istirahat/ tidur) dan peraduan (peristirahatan/tempat tidur). Benar adakah kata itu? Atau hanya kata siluman alias karangan? Sumber: priyantono oemar

Oleh Abdullah Muzi Marpaung

Djaja Langkara témpatnja pada pëmoedjangan radja, maka toewan poeteri tinggal beradoe didalam maligai (Hikajat Mesa kagoengan Sira Pandji Wila Koesoema – Klinkert, 1916)

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat lema radu yang berarti sudah tidak dikerjakan lagi; selesai. Dari kata radu terbentuk kata turunan beradu dan peraduan. Kedua kata turunan ini dapat pula berasal dari kata dasar adu.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Beradu dari adu berarti berlanggaran; bertumbukan; berlaga; bersabung; (sedang) memperlagakan; bertanding berebut menang; bersentuhan; terbentur; terantuk. Beradu dari radu berarti berhenti; beristirahat; tidur. Peraduan dari adu berarti hal beradu atau tempat beradu. Peraduan dari radu berarti tempat beristirahat; peristirahatan; tempat tidur.

Paparan pada KBBI ini mengherankan, sebab sepengetahuan saya kedua versi beradu atau peraduan tersebut berasal dari kata dasar yang sama, yaitu adu. Boleh jadi saya telah salah selama ini. Akan tetapi, KBBI 2008 dan Poerwadarmina (1954) mengukuhkan pengetahuan saya. Tak ada kata dasar radu pada kedua kamus tersebut.

Belum puas, saya telusuri kamus-kamus lama yang terbit pada masa abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Tak satu pun kamus memuat radu.

Kamus Melayu-Inggris Marsden (1812) dan Crawfurd (1852) misalnya memuat adu yang berarti to take rest, to sleep, to repose. Kamus yang lebih muda, Wilkinson (1901), memuat beradu yang berasal dari adu yang berarti to sleep; to be asleep.

Terdapat pula kata turunan peraduwan yang berarti a couch or sleeping place dan bilek peraduwan yang berarti a bedroom. Keterangan yang sejalan ditemukan pula pada sejumlah kamus Melayu-Belanda.

Pada Eysinga (1855) adoe disebut sebagai sinonim dari tidor atau slaap dalam bahasa Belanda. Pijnappel (1865) menyebutkan beradoe berasal dari adoe yang berarti slapen of gestorven zijn (van voorname personen) - tidur atau telah wafat (khusus untuk orang-orang terkemuka atau bangsawan).

Pada Klinkert (1901) terdapat keterangan yang sejalan dan lebih lengkap. Di sana disebutkan beberapa istilah yang merupakan turunan dari adoe:

beradoe (slapen, van Vorsten en aanzienlijken – tidur, digunakan orang-orang berpangkat tinggi dan terhormat), beradoe dengan (slapen bij – tidur bersama), mangkat beradoe (ontslapen, sterven - wafat, meninggal dunia), peradoean (slaapplaats, slaapstede - tempat tidur, ranjang tidur), bilik peradoean (slaapkamer – kamar tidur). Penjelasan pada kedua kamus ini diperkuat pula oleh Akkerman (1910), Van Ronkel (1926), Ridderhof (1935), dan Lameijn (1938).

Tidak ditemukan satu pun pustaka lama yang mendukung keberadaan kata radu dalam bahasa Melayu maupun bahasa Indonesia. Sementara itu, KBBI tidak memberikan keterangan etimologis mengenai asal-usul kata tersebut.

Dalam situasi seperti ini, Badan Bahasa perlu memberikan penjelasan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Tanpa penjelasan tersebut, keberadaan lema radu dalam KBBI patut dipertanyakan, ditinjau ulang, dan jika perlu dihapuskan demi menjaga ketepatan dan kredibilitas kamus resmi bahasa Indonesia.

Abdullah Muzi Marpaung, lahir di Bintan tahun 1967. Sekarang ia adalah dosen teknologi pangan Universitas Swiss German yang mengampu beberapa mata kuliah unik, yaitu Antropologi Pangan dan Teknologi Pengolahan Makanan Tradisional Indonesia. Ia juga memiliki minat yang tinggi terhadap bahasa dan sastra Indonesia dan merupakan narasumber Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa untuk penyusunan istilah Ilmu dan Teknologi Pangan. Artikel-artikelnya terkait bahasa, makanan tradisional Indonesia, dan karya sastranya baik puisi maupun cerita pendek telah dimuat di sejumlah media massa.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|