Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bersamaan dengan menguatnya greenback akibat potensi pengecualian tarif atas impor kendaraan buatan luar negeri.
Merujuk Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa (15/4/2025) ditutup pada posisi Rp16.810/US$, rupiah atau melemah 0,24%. Posisi ini berbanding terbalik dengan penutupan perdagangan kemarin (14/4/2025) yang ditutup pada level Rp16.770/US$ atau menguat 0,12%.
Di sisi lain, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 14:59 WIB naik 0,08% di angka 99,72. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin yang berada di angka 99,64.
Rupiah tampak sedikit tertekan pada hari ini di tengah penguatan DXY pada hari ini.
Dolar AS sedikit menguat setelah Presiden AS, Donald Trump pada Senin menyatakan bahwa ia mempertimbangkan pengecualian jangka pendek terhadap tarif 25% atas impor kendaraan buatan luar negeri. Pernyataan ini muncul setelah sebelumnya ia mengumumkan pengecualian untuk ponsel pintar dan barang elektronik lainnya.
Namun, menurut analis strategi dari Pepperstone, Michael Brown, ia tetap akan menjual dolar setiap kali terjadi reli karena mata uang ini masih belum menunjukkan karakter sebagai aset safe haven, dan gagasan tentang keunggulan ekonomi Amerika Serikat (U.S. exceptionalism) kini "telah mati total."
Yang menarik, menurut Brown, sebagian besar aksi jual dolar dalam beberapa hari terakhir terjadi pada sesi perdagangan London dan Tokyo mengindikasikan bahwa investor internasional sedang mencari jalan keluar dari pasar AS.
Untuk sementara waktu, hal ini membuat mata uang Garuda cenderung tertekan meskipun secara umum apabila DXY terus terdepresiasi, maka hal ini akan menjadi angin segar bagi rupiah.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Rupiah Dekati Level Terendah, Nyaris Tembus 17.000 per Dolar AS
Next Article Rupiah Menguat Tipis, Harga Dolar Sempat Sentuh Rp15.900