Saat Pasar Kebakaran, Warren Buffett Tumpuk Uang Cash Rp5.529 Triliun

8 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia — CEO Berkshire Hathaway Warren Buffett diketahui menggenggam simpanan dalam bentuk kas sebesar US$334 miliar atau sekitar Rp5.529 triliun. Kini, langkah itu terbukti sebagai langkah strategis tepat di tengah ketidakpastian pasar saat ini.

Dalam surat kepada pemegang saham pada Februari lalu, Buffett menjelaskan alasan di balik keputusan menyimpan kas dalam jumlah besar. Padahal, pada saat itu, pasar saham AS sedang booming setelah Presiden Donald Trump kembali menjabat pada Januari 2025.

Langkah Buffett sempat menimbulkan pertanyaan, mengapa memilih menahan uang tunai dibandingkan dengan menginvestasikan ketika pasar sedang menguat. Namun, keputusan itu justru mendatangkan keuntungan bagi investor Berkshire Hathaway.

Menurut laporan Yahoo Finance, saham Berkshire Hathaway telah naik lebih dari 12% sepanjang tahun ini. Di sisi lain, indeks S&P 500 justru anjlok 11% akibat meningkatnya ketidakpastian ekonomi global.

Meski begitu, Buffett menegaskan bahwa mayoritas dana Berkshire tetap diinvestasikan dalam saham, khususnya saham-saham AS. Ia menyatakan bahwa preferensi perusahaan tidak akan pernah berubah ke aset kas semata dibanding kepemilikan bisnis yang baik.

"Berkshire tidak akan pernah lebih memilih aset kas dibanding kepemilikan bisnis yang bagus, baik sepenuhnya maupun sebagian," tulis Buffett dalam suratnya yang dikutip Yahoo Finance. Ia menekankan bahwa fokus investasi jangka panjang tetap menjadi prioritas perusahaan.

Surat tersebut ditulis ketika pasar saham AS baru saja mencatat rekor tertinggi, tepatnya pada 19 Februari lalu. Namun, tak lama kemudian, ketegangan global meningkat setelah Presiden Trump mengancam menerapkan tarif tinggi pada semua negara.

Kebijakan tarif tersebut memicu kekhawatiran resesi global dan mendorong aksi jual besar-besaran di pasar saham. Dalam dua pekan terakhir, bursa mencatatkan kinerja terburuk sejak awal tahun.

Meski menyimpan kas dalam jumlah besar, Buffett tetap mendorong pemanfaatan modal secara produktif. Ia menyatakan bahwa sistem keuangan AS tidak membutuhkan lebih banyak tabungan, melainkan cara yang imajinatif untuk menggerakkan modal ke dalam perekonomian.

"Cara yang bijak, bahkan imajinatif, dalam memanfaatkan tabungan masyarakat dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan barang dan jasa yang diinginkan," tulis Buffett dalam surat tersebut.

Ia menambahkan bahwa sistem kapitalisme, meskipun memiliki kelemahan, tetap mampu menciptakan keajaiban yang tidak tertandingi oleh sistem ekonomi lain.

Buffett juga mengkritik ketidakpastian kebijakan seperti tarif yang dinilainya merugikan ekonomi terbuka. Ia menekankan bahwa ekonomi yang terbuka akan selalu mengungguli ekonomi yang tertutup dalam jangka panjang.

Menurutnya, sejak awal kemerdekaannya, AS memang sesekali meminjam dari luar negeri untuk menambah modal. Namun, bangsa ini tetap membutuhkan masyarakatnya untuk rajin menabung dan mampu mengelola hasil tabungan secara bijaksana demi mendorong kemajuan ekonomi.

"Jika Amerika sejak awal hanya mengonsumsi semua yang diproduksi tanpa menabung, maka negara ini tak akan pernah bergerak maju," pungkas Buffett dalam pernyataannya, seperti dikutip Yahoo Finance.

Sementara itu, bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street mulai membaik dan bergerak beragam pada perdagangan Senin waktu AS (7/4/2025)atau Selasa dini hari waktu Indonesia (8/4/2025). Penutupan kemarin lebih baik dibandingkan Kamis dan Jumat pekan lalu di mana ketiga indeks Wall Street ambruk berjamaah.

Sesi perdagangan berlangsung liar ketika para trader mencoba berspekulasi kapan pasar akan mencapai titik terendah akibat gejolak tarif dari Presiden AS Donald Trump. Dow Jones bahkan mencatat ayunan poin intraday terbesar yang pernah tercatat.

Volume perdagangan juga mencapai level tertinggi dalam setidaknya 18 tahun, dengan sekitar 29 miliar saham diperdagangkan. Angka ini melampaui volume perdagangan Jumat (4/4/2025) sebesar 26,77 miliar saham, serta rata-rata volume perdagangan 10 hari sebesar 16,94 miliar saham.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun sebesar 349,26 poin, atau 0,91%, dan ditutup di 37.965,60. Indeks dengan 30 saham ini sempat turun lebih dari 1.700 poin pada titik terendah. Indeks kemudian bergerak sebesar 2.595 poin dari titik terendah ke tertinggi, ini menjadi rekor perubahan arah dalam sejarah Dow Jones.

Indeks S&P 500 turun 0,23% dan ditutup di angka 5.062,25. Indeks sempat turun 4,7% pada titik terendah sesi perdagangan. Sempat memasuki wilayah pasar bearish selama sesi berlangsung, namun terakhir tercatat turun hampir 18% dari titik tertingginya baru-baru ini.

Indeks Nasdaq Composite di luar dugaan menguat 0,10% dan ditutup pada angka 15.603,26. Investor mulai membeli saham teknologi dengan kapitalisasi besar seperti Nvidia dan Palantir. Pada titik terendahnya di sesi perdagangan, indeks yang banyak diisi saham teknologi ini sempat turun lebih dari 5%.


(mkh/mkh)

Saksikan video di bawah ini:

Video:Trump Umumkan Tarif Impor, Saham Perusahaan Otomotif Asia Anjlok

Next Article Warren Buffett Timbun Uang Rp 5.000 T, Sinyal Waspada Buat Investor?

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|