Sektor Usaha di DIY yang Perlu Digenjot Kreditnya Menurut ISEI Jogja

1 hour ago 6

Sektor Usaha di DIY yang Perlu Digenjot Kreditnya Menurut ISEI Jogja Ilustrasi pekerja pabrik garmen. - Harian Jogja

Harianjogja.com, JOGJA— Pemerintah telah menggelontorkan dana sebesar Rp200 triliun dari Bank Indonesia (BI) ke Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), diharapkan bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Khusus di DIY sektor apa saja yang penyaluran kreditnya perlu digenjot?

Sekretaris Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Yogyakarta, Y. Sri Susilo mengatakan penyaluran kredit perlu didorong ke sektor industri garment yang berorientasi ekspor. Sebab penyerapan tenaga kerja oleh industri cukup banyak, di mana setiap pabrik bisa 2.000-4.000 tenaga kerja dan produknya di ekspor.

BACA JUGA: Menkeu Tanggapi Potensi Kredit Fiktif Bank dari Dana Rp200 Triliun

Selain ke usaha skala besar, kredit juga perlu digenjot ke usaha sektor kreatif dan UMKM yang bisa menembus pasar ekspor. Misalnya mebel yang berorientasi ekspor. Kemudian sektor-sektor pilihan yang terkait dengan industri pariwisata.

"Misalnya dukungan untuk industri Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition (MICE), disamping membangun baru, juga perluasan agar lebih berstandar internasional," tuturnya, Selasa (23/9/2025).

Dia menekankan dana Rp200 triliun yang disalurkan lewat Himbara penyalurannya harus melalui prinsip business as usual. Kelayakan menjadi yang utama dari usaha yang diberikan kredit, melalui kajian.

Lalu disalurkan ke sektor yang produktif dan sektor yang punya perspektif pasar. Artinya dalam jangka pendek, menengah, hingga panjang produknya akan terserap pasar.

"Dikaitkan dengan ekonomi, tentu yang perspektif menyerap tenaga kerja dan sektor yang diberi kredit menimbulkan efek berganda ekonomi cukup luas," tuturnya.

Lebih lanjut dia mencontohkan misalnya kredit ini disalurkan ke usaha berorientasi ekspor seperti mebel, kalau permintaannya tinggi dalam 1-2 tahun dampaknya akan terasa. Sebab dalam kurun waktu tersebut sudah bisa ekspor dan tenaga kerja terserap.

Menurutnya ini diberikan kepada industri yang sudah berjalan. Jika kredit diberikan pada industri baru, misalnya mau membangun pabrik, maka dampaknya ke pertumbuhan ekonomi akan lebih lama.

"Lebih baik diberikan ke usaha-usaha perspektif yang tujuannya ekspansi, bukan membuat usaha baru," lanjutnya.

Sebelumnya, Kepala OJK DIY Eko Yunianto mengatakan pertumbuhan akan terlihat pada kredit UMKM, khususnya sektor pariwisata dan pendidikan sebagai sektor prioritas. Selain itu sektor pendukung pariwisata seperti akomodasi/makan minum, dan pengolahan juga akan terdongkrak.

Ia mengatakan sesuai dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DIY penyaluran kredit mestinya fokus pada pembangunan DIY. Yakni peningkatan kualitas dan daya saing sektor-sektor unggulan seperti industri pengolahan, pertanian, dan akomodasi/makan minum.

Selain itu juga peningkatan kemandirian ekonomi melalui penguatan UMKM dan vokasi untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sektor-sektor ini yang perlu diperhatikan oleh Bank dalam penyaluran dana, guna mendukung pertumbuhan ekonomi di DIY.

"Tentunya akan berpotensi pada peningkatan likuiditas dan mendorong peningkatan penyaluran kredit, terutama ke sektor UMKM dan sektor prioritas guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional," jelasnya.

OJK akan meminta industri perbankan untuk senantiasa menerapkan manajemen risiko yang terukur dalam penyaluran kredit dengan tetap berpedoman pada prinsip kehati-hatian. (**) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|