Sering Lemas dan Cepat Lelah? Waspada, Bisa Jadi Tanda Awal Anemia

5 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis penyakit dalam, Johanes Adiatna Mastan, mengatakan keluhan sering merasa lemas dan cepat lelah merupakan salah satu tanda awal yang patut diwaspadai sebagai gejala anemia. Anemia, yang didefinisikan sebagai kekurangan sel darah merah, menyebabkan tubuh mengalami defisiensi energi, lemas, letih, dan lesu karena sel darah merah bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh. Apabila jumlahnya kurang, otomatis pasokan oksigen ke jaringan tubuh pun tidak optimal.

"Kekurangan sel darah merah berarti menyebabkan nutrisi dan oksigen yang ada dalam tubuh kita ini tidak tersebar atau tidak terdistribusi dengan baik ke seluruh jaringan," kata dokter Johanes di Samarinda, Kalimantan Timur, Ahad (26/10/2025).

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Kondisi tersebut otomatis akan membuat tubuh merasa kekurangan energi, lemah, letih, dan lesu. "Jadi yang disebut anemia itu adalah kekurangan sel darah merah," kata dia.

Kondisi ini umumnya diukur melalui kadar hemoglobin atau HB dalam darah. Patokan umum yang digunakan adalah ambang batas 12 gram per desiliter (g/dL) untuk perempuan dan 13 g/dL untuk laki-laki.

Seseorang dapat disebut anemia ketika kadar HB berada di bawah ambang batas tersebut. Namun, evaluasi dan pemantauan lebih lanjut biasanya diperlukan jika HB sudah di bawah 10 g/dL atau mulai menimbulkan gejala klinis.

Ia meluruskan mitos bahwa wajah pucat selalu menandakan anemia. "Pucat itu bisa karena banyak hal," ujarnya.

Ia menyebut wajah pucat bisa disebabkan multifaktorial dan tidak selalu anemia. Johanes juga membantah mitos bahwa anemia hanya terjadi karena kekurangan zat besi.

"Anemia itu tidak hanya melulu karena kurang zat besi ya," kata dia.

Menurutnya, anemia bisa disebabkan oleh kekurangan folat atau vitamin B12. Selain itu, anemia juga bisa terjadi akibat penyakit autoimun atau adanya penyakit kronik.

"Karena penyebabnya sangat luas, pemeriksaan lanjutan diperlukan untuk menentukan jenis anemia. Diagnosis memerlukan pengecekan parameter lain selain HB, yaitu volume sel darah merah (MCV), konsentrasi rata-rata hemoglobin pada satu sel darah merah (MCHC), dan rata-rata hemoglobin (MCH)," katanya.

Dokter Johanes juga mengidentifikasi beberapa faktor risiko yang paling sering ditemui di lapangan. Salah satunya adalah orang-orang dengan kondisi diet restriksi khusus.

Pola makan tersebut dapat membuat seseorang menderita anemia jika kebutuhan nutrisi lain tidak terpenuhi. Risiko tinggi lainnya adalah pada perempuan usia muda yang sering mengalami menstruasi berkepanjangan.

Apabila kondisi itu tidak diimbangi dengan asupan zat besi yang baik, mereka berisiko mengalami anemia defisiensi besi. "Perlu diingat agar konsumsi vitamin C tetap dalam rentang normal sesuai kebutuhan harian," ujarnya.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|