STQH ke-28 Jadi Momentum Tangkal Hadis Palsu di Medsos

1 hour ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar Seleksi Tilawatil Quran dan Hadis (STQH) Nasional ke-28 di Kendari, Sulawesi Tenggara, pada 9-18 Oktober 2025. Selain menjadi ajang syiar Alquran, kegiatan ini juga diharapkan dapat menjadi momentum penting dalam menangkal maraknya penyebaran hadis-hadis palsu di media sosial.

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Dirjen Bimas Islam), Abu Rokhmad menjelaskan, STQH kali ini mengangkat tema “Syiar Al-Qur’an dan Hadis: Merawat Kerukunan, Melestarikan Lingkungan."

"Tema ini merupakan gabungan antara melaksanakan program prioritasnya Menteri Agama terkait kerukunan dan cinta kemanusiaan plus ekoteologi yang kami terjemahkan dengan melestarikan lingkungan," ujar Abu saat konferensi pers di Kantor Kemenag, Jl MH Thamrin, Jakarta, Selasa (7/10/2025).

Kegiatan yang akan berlangsung sembilan hari itu diikuti 3.921 orang dari 37 provinsi, terdiri dari peserta lomba, pelatih, pendamping, dewan hakim, hingga tamu undangan dari dalam dan luar negeri.

Rangkaian acara STQH akan dimulai dengan malam ta’aruf pada 10 Oktober, dilanjutkan pawai taaruf, pelantikan dewan hakim, pameran STQH dan pasar rakyat pada 11 Oktober. Pembukaan resmi dijadwalkan pada malam hari tanggal yang sama, dengan kehadiran Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar.

"Kami mengundang bapak presiden, berharap beliau berkenan hadir di acara pembukaan STQH itu," ucap Abu.

Sementara itu, Direktur Penerangan Agama Islam Ahmad Zayadi menegaskan bahwa cabang lomba Musabaqah Hadis dalam STQH memiliki misi penting untuk memperkuat literasi masyarakat tentang autentisitas hadis. Menurutnya, penguasaan sanad (rantai perawi) dan matan (teks hadis) menjadi kunci utama dalam membedakan hadis yang sahih dengan yang palsu.

Ia menjelaskan, dalam lomba hadis STQH terdapat tiga kategori, yaitu hafalan 100 hadis bersanad, hafalan 500 hadis tanpa sanad, dan karya tulis ilmiah hadis. Melalui cabang-cabang ini, peserta dilatih tidak hanya menghafal, tetapi juga memahami kualitas dan sumber keaslian hadis.

“Tradisi akademik dalam ilmu hadis itu luar biasa. Para perawi harus adil, dhabit (kuat hafalannya), dan tsiqah (terpercaya). Nah tentu dengan event ini kita akan menyampaikan kepada publik soal hadis itu. Jadi dengan sendirinya nanti kita akan bisa melihat mana yang hadis palsu dan mana yang shahih begitu," kata Zayadi.

Zayadi menilai, penyebaran hadis palsu merupakan tindakan serius karena mengatasnamakan sesuatu yang tidak pernah disampaikan Rasulullah SAW.

“Menyebarkan hadis palsu berarti menisbatkan ucapan pada Nabi yang beliau tidak pernah sampaikan. Itu bisa menyesatkan umat,” jelasnya.

Selain menghadirkan perlombaan tilawatil Qur’an dan hadis, STQH Nasional 2025 juga diramaikan dengan sejumlah kegiatan pendukung, seperti seminar Alquran, talkshow keluarga sakinah, serta diskusi tentang zakat dan wakaf. Rencananya, acara penutupan STQH akan digelar pada 18 Oktober 2025 di arena utama MTQ Kota Kendari.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|