REPUBLIKA.CO.ID, Sebelas anak duduk melingkar bernaung terpal biru. Di tengahnya beragam makanan kemasan yang hendak dibungkus menjadi seribu paket bantuan. Di hadapan mereka, Dede Nurjanata memberi arahan yang terus diulang setiap memulai hari.
"Dalam menghadapi ujian, kita jalani, nikmati, syukuri, Ayo ulangi anak-anak. JNS, Jalani, Nikmati, Syukuri,"kata Dede saat membimbjng anak-anak asuhnya di posko bencana yang berada di pertigaan Jalan Raya Banda Aceh-Medan, Kabupaten Aceh Tamiang, Senin (22/12/2025).
Dede tengah membina para santri Pondok Pesantren Al Hidayah, salah satu pesantren yang tenggelam hingga enam meter akibat bencana banjir bandang di Aceh Tamiang pada akhir November lalu. Pihak pesantren menyatakan, kegiatan belajar mengajar pesantren libur hingga batas yang tak ditentukan.
Kondisi pesantren yang masih berlumpur tidak memungkinkan mereka untuk menggelar aktivitas pendidikan seperti biasa. Alquran, kitab-kitab, meja, kursi, papan tulis, hingga perangkat elektronik milik pesantren habis terendam lumpur.
Bukan hanya pesantren yang menjadi korban. Rumah para santri dan guru-guru pesantren pun rusak dan hanyut akibat bencana banjir bandang yang melanda Aceh Tamiang pada akhir November 2025 lalu. Termasuk rumah Dede. Meski menjadi korban, Dede engggan berpangku tangan. “Jangan bosan menjadi orang baik.”kata dia
Dede menyebut aktivitas saban pagi itu sebagai ‘Sekolah Posko’. Sebuah kegiatan belajar mengajar berisi pengajaran teori dan praktik langsung di lapangan. Pada awal materi, Dede akan mengasah kepekaan para santri untuk menjadi sabar dan tahan terhadap ujian yang menimpa mereka. Terlebih, mereka belum bisa kembali bersekolah. “Ujian sebenarnya sekarang, enggak ada ujian di sekolah, tidak ada bagi rapor,”ujar dia.
Setelah itu, mereka akan menjalani materi yang disampaikan Dede. Para santri akan belajar bagaimana menjadi orang baik meski mereka adalah korban bencana. Selain membuat paket makanan kemasan, para santri ini juga menyiapkan nasi bungkus yang akan dibawa ke berbagai lokasi di Aceh Tamiang. Pagi itu, mereka akan berbagi tugas ke beberapa desa seperti Purwodadi, Sidodadi, hingga Sekrak.
Dede mengungkapkan, mereka sudah teruji mendistribusikan bantuan ke daerah-daerah yang sulit dijangkau. Para santri pernah mengirim paket makanan ke daerah ekstrem seperti ke Desa Babo, Leuser, hingga ke Simpang Jernih yang notabene berada di Aceh Timur. Meski demikian, para santri kerap didampingi orang dewasa. “Mereka juga pergi ke desa-desa yang hilang seperti Desa Kota Lintang.
Aga Jahransyadad, salah seorang anak di lingkaran tersebut, mengaku bisa terhibur dengan adanya Sekolah Posko tersebut. Setiap pagi, santri Pesantren Al Hidayah yang berada di Desa Sidodadi itu berkumpul bersama teman-temannya untuk membantu operasional distribusi bantuan.
Aga pun memperhatikan betul setiap kata yang meluncur dari ustadznya. "Intinya mengajarkan supaya sabar,"kata dia.

2 hours ago
2










































