Teka-Teki TikTok Bakal Dijual Terungkap, Jadi Rebutan 3 Miliarder Ini

1 day ago 4

Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Drama seputar masa depan TikTok terus berlanjut, dengan munculnya beberapa nama besar yang menyatakan minat untuk membeli platform media sosial yang sangat populer ini. Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah Jimmy Donaldson, yang dikenal sebagai MrBeast. Dalam sebuah unggahan TikTok, Donaldson menyampaikan kegembiraannya atas kemungkinan menjadi pemilik TikTok.

"Saya mungkin akan menjadi CEO baru kalian! Saya sangat gembira!" kata Donaldson dari jet pribadinya, dikutip dari BBC, Selasa (28/1/2025).

Ia bahkan menjanjikan hadiah sebesar US$10.000 atau setara Rp162 juta (asumsi kurs Rp16.217/US$) kepada lima pengikut barunya secara acak. Unggahan tersebut langsung viral, ditonton lebih dari 73 juta kali dalam waktu singkat.

Namun, Donaldson bukan satu-satunya pelamar. TikTok menjadi rebutan para miliarder dan perusahaan besar setelah pemerintah Amerika Serikat (AS) menuntut ByteDance, perusahaan induk TikTok yang berbasis di China, untuk menjual platform tersebut sebelum 19 Januari 2025. Kegagalan untuk memenuhi tuntutan ini bisa berujung pada larangan operasional TikTok di AS.

Pemerintah AS, baik di bawah Donald Trump maupun Joe Biden, menyuarakan kekhawatiran tentang hubungan TikTok dengan pemerintah China. Isu keamanan nasional menjadi alasan utama di balik tuntutan penjualan. Bahkan, Trump sebelumnya sempat menandatangani perintah eksekutif yang memberikan TikTok waktu 75 hari untuk menemukan pembeli baru.

"Saya ingin Amerika Serikat memiliki kepemilikan sebesar 50%," kata Presiden AS, Trump dalam sebuah postingan Truth Social pada hari Minggu.

"Dengan melakukan ini, kita menyelamatkan TikTok, menjaganya di tangan yang tepat, dan memungkinkannya untuk tetap bertahan," sambungnya.

Para Kandidat Pembeli TikTok

Berdasarkan laporan Bloomberg awal bulan ini, di antara sejumlah calon pembeli, tiga nama besar muncul sebagai pesaing utama:

1. Elon Musk

Orang terkaya di dunia ini dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk membeli TikTok. Bloomberg melaporkan bahwa China bahkan mungkin mendukung langkah ini. Dalam sebuah unggahan di platform X, Musk menyebut situasi saat ini, di mana TikTok diizinkan beroperasi di AS sementara X tidak diizinkan di China, sebagai sesuatu yang "tidak seimbang." Ia juga menyatakan bahwa perubahan perlu dilakukan.

Pada konferensi pers hari Selasa, Trump ditanya oleh seorang reporter apakah dia terbuka jika Musk membeli platform tersebut. "Ya, saya akan membelinya jika dia mau," jawab Presiden Trump.

TikTok. (REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo)Foto: TikTok. (REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo)
TikTok. (REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo)

2. Larry Ellison

Kendati demikian, Trump juga ternyata membuka peluang bagi Larry Ellison. Pendiri dan ketua Oracle ini juga menjadi salah satu kandidat pembeli. Oracle telah lama bekerja sama dengan TikTok sebagai penyedia server utama yang mengelola banyak pusat data aplikasi tersebut. Sebagai pendukung lama Trump, Ellison dianggap sebagai kandidat yang memiliki peluang besar untuk mendapatkan restu politik.

"Saya ingin Larry membelinya juga," imbuh Trump.

3. Frank McCourt

Investor miliarder ini menawarkan visi yang berbeda untuk TikTok. Melalui Project Liberty Institute yang ia dirikan, McCourt ingin TikTok beroperasi tanpa algoritma bawaan ByteDance. Ia berpendapat bahwa algoritma TikTok terlalu fokus pada pengumpulan data pengguna, sesuatu yang ia kritik tajam.

McCourt mengatakan kepada CNBC minggu ini bahwa Project Liberty "tidak tertarik pada algoritma atau teknologi China" meskipun ia mengakui platform tersebut "kurang bernilai" tanpanya. Meskipun ada banyak calon pembeli, pada akhirnya, Presiden Trump lah yang tetap memiliki peran utama dalam memilih pembeli TikTok di AS.

"Pemenangnya akan orang yang kemungkinan besar bersimpati secara politik kepada Presiden Donald Trump," kata Anupam Chander, seorang profesor hukum di Universitas Georgetown.

Prof Chander mengatakan, model kepemilikan bersama 50-50 tidak sesuai dengan persyaratan undang-undang, yang mungkin mendorong Trump untuk menekan Kongres agar merevisi undang-undang tersebut.

Untuk saat ini, masa depan platform tersebut masih belum jelas. Profesor Chander mengatakan pemerintahan Biden melakukan "kesalahan yang tidak dipaksakan" dengan membiarkan undang-undang tersebut memberikan presiden kendali yang sangat besar atas siapa yang memiliki TikTok.

"Itu adalah ide yang buruk untuk menempatkan masa depan platform informasi besar-besaran ke dalam pusaran politik ini," kata Prof Chander.


(wur)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Jika Trump Menang, China Terancam Dalam Sektor Teknologi

Next Article Gak Sadar! RI Sudah Dijajah China, Ini Buktinya

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|