Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah terbatas pada perdagangan sesi I Senin (13/1/2025), di tengah adanya kabar kurang menggembirakan dari Amerika Serikat (AS) di mana laporan pekerjaan AS terbaru dapat memudarkan harapan investor untuk pemangkasan suku bunga bank sentral AS dalam waktu dekat.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka turun tipis 0,08% ke posisi 7.083,44. Selang lima menit setelah dibuka, koreksi IHSG sedikit membesar yakni menjadi 0,13% ke 7.079,68. IHSG masih berada di sekitar level 7.080-an.
Nilai transaksi IHSG pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 847 miliar dengan volume transaksi mencapai 1,5 miliar lembar dan ditransaksikan sebanyak 120.996 kali.
Pergerakan IHSG hari ini cenderung dipengaruhi oleh sentimen global, terutama dari kenaikan dolar Amerika Serikat (AS) yang cukup tajam pada Minggu kemarin dan data laporan pekerjaan AS terbaru yang mengecewakan. Indeks dolar AS (DXY) saat ini berada di level psikologis 109.
Sementara itu, data menunjukkan bahwa lapangan kerja AS bertambah sebanyak 256.000 pada Desember 2024, lebih tinggi dari ekspektasi para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones, yaitu 155.000.
Tingkat pengangguran, yang diproyeksikan tetap di 4,2%, turun menjadi 4,1% bulan itu. Sementara itu, imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun melonjak ke level tertinggi sejak akhir 2023 setelah laporan tersebut dirilis.
Data ini dapat memudarkan harapan investor untuk pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat.
Di lain sisi, pasar juga menanti rilis data inflasi AS Januari 2025 yang akan dirilis besok. Berdasarkan konsensusTrading EconomicsPPI AS pada Desember 2024 akan mencapai 3,2% yoy, mendingin dibandingkan bulan sebelumnya yakni 3,4%.
Data inflasi AS akan dipantau ketat oleh pasar mulai hari ini, karena dapat menjadi sinyal kondisi daya beli masyarakat AS. Selain itu, data ini juga dapat menjadi sinyal kebijakan suku bunga The Fed di pertemuan selanjutnya.
Dari China pada hari ini, data yang akan dirilis pada hari ini yakni data neraca dagang, dan ekspor-impor.
Berdasarkan konsensus Trading Economics, ekspor China pada Desember 2024 akan bertumbuh 7,3% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih cepat ketimbang bulan sebelumnya (November) sebesar 6,7% yoy.
Sementara pertumbuhan impor pada Desember 2024 diperkirakan membaik walaupun masih negatif. KonsensusTrading Economicsmemperkirakan impor China akan tumbuh -1,5% yoy, sementara pada November -3,9% yoy.
Pertumbuhan ekspor yang lebih agresif membuat neraca perdagangan China diperkirakan semakin tinggi yakni US$ 99,80 miliar, dibandingkan bulan sebelumnya US$ 97,44 miliar.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Bos BEI: Bursa RI Memiliki Daya Saing Tinggi di Tingkat Global
Next Article Investor Waswas Demo Peringatan Darurat, IHSG Sesi II Dibuka Merah