TikTok Luntang-lantung, Ini Alasan Google-Apple Tetap Blokir

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - TikTok sempat lumpuh total di Amerika Serikat (AS) selama 12 jam pada Sabtu (19/1) waktu setempat. Namun, Presiden AS Donald Trump langsung mengeluarkan perintah eksekutif untuk memulihkan TikTok hingga 75 hari ke depan, sembari bernegosiasi agar aplikasi asal China itu bisa seterusnya beroperasi di AS.

Meski layanan TikTok sudah pulih, namun aplikasi itu tetap belum tersedia di toko aplikasi Apple App Store dan Google Play Store di AS. Hal ini membuat pengguna resah, sebab banyak yang telanjur menghapus TikTok di HP mereka ketika pertama kali diumumkan tutup.

Alhasil, mereka tak bisa men-download kembali aplikasi TikTok ke HP. Hal ini membuat beberapa oknum mencari peluang penghasilan dengan menjual perangkat yang sudah di-download TikTok. Perangkat itu dijual di e-commerce eBay dengan harga hingga US$50.000.

Dikutip dari Reuters, Rabu (22/1/2025), ketiadaan TikTok di Google Play Store dan Apple App Store kemungkinan disebabkan ketidakjelasan nasib TikTok di AS.

Apple dan Google sepertinya masih ingin menunggu kepastian bahwa TikTok akan seterusnya beroperasi, sebelum benar-benar menyediakan aplikasi tersebut untuk di-download.

Saat ini, hanya pengguna yang sudah memiliki aplikasi TikTok di HP mereka sebelum pengumuman tutup yang masih bisa mengakses TikTok di AS.

"Saya berharap TikTOk kembali ke toko aplikasi secepatnya. Saya tak mau pakai VPN atau hal-hal lainnya," kata Lauren Nader, seorang pengguna TikTok.

"Saya mengecek [toko aplikasi] setiap hari," kata kreator konten travelling, Lauren Scott.

Ia saat ini berada di Brasil. Di grup Facebook, ia melihat ada rumor bahwa warga AS yang berada di luar negeri bisa mengakses TikTok jika mereka menghapus lalu men-download kembali. Namun, ternyata hal itu tak benar, menurut Scott.

Negosiasi Trump dan TikTok

Trump memberi rekomendasi agar kepemilikan TikTok di AS diberikan 50% ke investor AS. Ia mengungkapkan dukungannya jika miliarder Elon Musk mau mencaplok sebagian saham aplikasi tersebut agar bisa beroperasi seterusnya di AS.

Miliarder lainnya Frank McCourt melalui konsorsium Project Liberty secara formal telah menawarkan untuk membeli TikTok senilai US$20 miliar tanpa algoritmanya.

Pebisnis Kevin O'Leary juga bergabung di dalam konsorsium tersebut pada bulan ini. Dalam interview bersama CNBC International, O'Leary mengatakan ketertarikannya ikut dalam kesepakatan TikTok, namun belum memungkinkan menurut hukum yang berlaku saat ini.

"Kesepakatan 50/50 [yang diajukan Trump], sangat menarik. Saya antusias untuk bekerja sama dengan Trump, begitu juga pembeli potensial lainnya. Masalahnya, ide ini tidak konsisten dengan ketetapan Mahkamah Agung," kata dia.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri China mengatakan kesepakatan soal TikTok harus dilakukan secara independen oleh perusahaan, tanpa intervensi dari pihak lain.

Nasib TikTok yang masih luntang-lantung membuat beberapa pengguna lelah, bahkan ingin meninggalkan TikTok sepenuhnya. Salah satunya Nicole Norman.

"Saya tak ingin terus-terusan jadi 'taruhan' di drama ini. Mungkin ini tidak membuat perubahan ke TikTok, tetapi berdampak pada saya. Saya tidak akan kembali ke TikTok," kata dia.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Peran Lintasarta Wujudkan Ekosistem AI Berkelanjutan Indonesia

Next Article TikTok Ditendang, Negara Ini Ikut AS Mau Blokir Permanen

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|