Top! Negara Ini Bagi-Bagi Duit Rp 252 T untuk UMKM

1 week ago 13

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Jepang mengumumkan pada hari Selasa sebuah paket senilai US$ 15,5 miliar (Rp 252 triliun) yang ditujukan untuk melindungi usaha kecil dan menengah (UKM) di negara itu. Hal ini terjadi saat usaha Jepang terus terdampak dari tarif Amerika Serikat (AS).

Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi menyebutkan stimulus ini akan diberikan dalam bentuk bantuan pembiayaan perusahaan. Dana ini juga akan digunakan untuk pelonggaran persyaratan pinjaman di lembaga peminjaman yang didukung pemerintah.

"Kami akan memberikan dukungan penuh untuk usaha kecil dan menengah yang terkena dampak tarif AS," kata Hayashi dalam konferensi pers, Selasa (27/5/2025).

Jepang, sekutu utama AS dan investor terbesarnya, dikenakan tarif dasar 10% yang sama yang dikenakan pada sebagian besar negara ditambah pungutan yang lebih tinggi pada mobil, baja, dan aluminium.

Presiden AS Donald Trump juga mengumumkan tarif "timbal balik" 24% pada Jepang pada awal April, tetapi kemudian menghentikannya bersama dengan tindakan serupa pada negara lain hingga awal Juli. Tokyo sejauh ini menginginkan semua pungutan pada impornya yang diumumkan oleh Trump dicabut.

Tarif dan Inflasi

Sementara itu, Bank Of Japan (BOJ) menggelar simposium bank sentral dunia di Tokyo pada Selasa. Pejabat dari Federal Reserve, termasuk Presiden Fed New York John Williams, Bank Sentral Eropa, Bank Kanada, dan Bank Sentral Australia termasuk di antara peserta konferensi, yang berlangsung di kantor pusat BOJ. Simposium ini juga akan diikuti akademisi terkemuka Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Asia.

Meskipun sebagian besar pidato bersifat akademis dan tertutup untuk media, tema tahun ini membahas "Tantangan Baru Bagi Kebijakan Moneter", khususnya bagaimana bank sentral harus menghadapi inflasi yang terus-menerus, risiko ekonomi yang merugikan, pasar yang tidak stabil, dan tarif AS.

Hambatan yang saling bertentangan tersebut, yang sebagian besar merupakan hasil dari kebijakan Presiden AS Donald Trump, menciptakan hambatan bagi banyak bank sentral, terlepas dari apakah mereka menaikkan atau menurunkan suku bunga.

BOJ, misalnya, tetap berada di jalur yang tepat untuk terus menaikkan suku bunga dan secara bertahap mengurangi pembelian obligasinya, sangat kontras dengan rekan-rekannya yang memangkas suku bunga, tetapi perkembangan global baru-baru ini telah menimbulkan pertanyaan tentang kecepatan langkah tersebut.

"Meskipun BOJ mungkin terpaksa tidak melakukan perubahan untuk sementara waktu, mereka tidak perlu menghentikan kenaikan suku bunga sama sekali," kata mantan pejabat BOJ Nobuyasu Atago, kepada Reuters.

"Mereka hanya perlu mengomunikasikan dengan cara bahwa ketika kondisinya membaik, mereka dapat melanjutkan kenaikan suku bunga."


(tps/tps)

Saksikan video di bawah ini:

Belanja Makin Sepi, Pemerintah Beri Stimulus Baru Mulai Juni!

Next Article Bantu Rakyat, Prabowo Umumkan Stimulus Rp 38,6 Triliun di 2025

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|