Transaksi Karbon Capai 1,6 Juta Ton CO₂, OJK Dorong Pasar Modal Hijau

3 hours ago 4

Pengunjung mengamati layar yang menampilkan informasi pergerakan perdagangan karbon internasional pada awal pembukaan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (20/1/2025). Setelah resmi diluncurkan hari ini, Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbons) menargetkan perdagangan 500.000 hingga 750.000 ton CO2 ekuivalen serta 200 pengguna jasa pada 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pasar karbon Indonesia mencatat volume transaksi 1,6 juta ton CO₂ ekuivalen dengan nilai Rp80,75 miliar hingga akhir 2025, menandai peran pasar modal dalam mendorong pembiayaan ekonomi hijau. Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek Otoritas Jasa Keuangan Edi Manindo Harahap mengatakan, perdagangan karbon terus berkembang sejak diluncurkan pada 2023.

“Sejak peluncuran bursa karbon pada 26 September 2023 hingga 24 Desember 2025, volume transaksi karbon mencapai 1,6 juta ton CO₂ ekuivalen dengan nilai transaksi Rp80,75 miliar,” kata Edi dalam konferensi pers penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Selasa (30/12/2025).

Partisipasi pelaku usaha juga terus meningkat. Hingga akhir 2025, tercatat 150 perusahaan telah terlibat sebagai pengguna jasa di bursa karbon dengan ketersediaan unit karbon mencapai 2,67 juta ton CO₂ ekuivalen.

“Sebanyak 150 perusahaan telah berpartisipasi sebagai pengguna jasa dengan unit karbon tersedia 2,67 juta ton CO₂ ekuivalen,” ujar Edi.

Pengembangan pasar karbon dinilai menjadi bagian dari transformasi pasar modal menuju pembiayaan berkelanjutan. OJK memasukkan penguatan keuangan hijau sebagai salah satu fokus kebijakan pengembangan pasar modal ke depan.

“Arah kebijakan pengembangan pasar modal tahun 2026 mengacu pada Roadmap Pasar Modal Indonesia 2023–2027,” kata Edi.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, Iman Rachman, menyebut perdagangan karbon menjadi salah satu instrumen baru yang memperluas peran pasar modal di luar pembiayaan konvensional.

Penguatan pasar karbon berjalan seiring dengan meningkatnya minat investor dan pelaku usaha terhadap instrumen berkelanjutan, di tengah tuntutan global terhadap transisi energi dan pengurangan emisi.

OJK menegaskan pengembangan keuangan berkelanjutan, termasuk bursa karbon, akan terus didorong pada 2026 sebagai bagian dari pendalaman pasar dan diversifikasi produk pasar modal.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|