GSM Target IPO di Hong Kong pada 2027, Persaingan Taksi Listrik di Indonesia Bakal Makin Ketat

2 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Operator taksi listrik Vietnam, Green and Smart Mobility JSC (GSM), yang berafiliasi dengan konglomerat Vingroup dan produsen mobil listrik VinFast, tengah mengincar pencatatan saham internasional. Perusahaan tersebut disebut membidik valuasi hingga 20 miliar dolar AS (sekitar Rp335,46 triliun), seiring rencana ekspansi agresif di kawasan Asia.

Vingroup mengonfirmasi para penasihat GSM melihat potensi valuasi di kisaran tersebut, meski menegaskan angka final akan sangat bergantung pada waktu pelaksanaan dan kondisi pasar global saat penawaran saham dilakukan. Langkah ini menandai ambisi GSM untuk naik kelas sebagai pemain regional di sektor mobilitas berbasis kendaraan listrik.

Rencana tersebut mencuat setelah laporan Reuters mengungkap bahwa GSM menargetkan penawaran umum perdana (IPO) di Hong Kong pada 2027. Jika terealisasi, GSM berpotensi menjadi perusahaan Vietnam pertama yang mencatatkan sahamnya di bursa Hong Kong, salah satu pusat pasar modal terbesar di Asia.

GSM didirikan pada 2023 oleh pendiri Vingroup sekaligus VinFast, Pham Nhat Vuong. Dalam waktu singkat, perusahaan ini berhasil membangun armada taksi listrik terbesar di Vietnam melalui merek Xanh SM, dengan seluruh kendaraan dipasok secara eksklusif oleh VinFast yang tercatat di bursa Nasdaq.

Vingroup menyampaikan masih membuka ruang diskusi dengan berbagai pihak terkait valuasi dan strategi pencatatan saham. Perusahaan menegaskan, keputusan akhir akan mempertimbangkan dinamika pasar dan kesiapan bisnis GSM saat memasuki bursa internasional.

Apabila valuasi 20 miliar dolar AS (Rp335,46 triliun) tercapai, GSM akan sejajar dengan pemain besar transportasi daring Asia Tenggara seperti Grab, yang saat ini memiliki kapitalisasi pasar sekitar 21 miliar dolar AS (sekitar Rp352,24 triliun). Grab beroperasi lintas sektor, mulai dari mobilitas hingga layanan keuangan digital.

Meski demikian, sumber-sumber yang dekat dengan pembahasan IPO menyebut valuasi GSM juga bisa berada di rentang 2 miliar hingga 3 miliar dolar AS (sekitar Rp33,55 triliun hingga Rp50,32 triliun), dengan target penghimpunan dana setidaknya 200 juta dolar AS (sekitar Rp3,35 triliun). Nilai tersebut disebut akan memperhitungkan struktur utang perusahaan. Vingroup sendiri menegaskan, pencatatan saham GSM tidak akan dilakukan pada 2026.

Bagi Vingroup, IPO GSM akan menjadi pencatatan saham luar negeri kedua setelah VinFast melantai di Nasdaq pada 2023. Sinergi antara GSM dan VinFast selama ini dinilai saling menguntungkan, dengan GSM membantu menopang penjualan domestik VinFast, sementara VinFast menyediakan pasokan kendaraan tanpa ketergantungan pada pihak ketiga.

Data menunjukkan penjualan VinFast ke GSM menyumbang sekitar 26 persen dari total penjualan VinFast pada kuartal ketiga 2025, turun signifikan dibandingkan 72 persen pada 2023. Penurunan ini mencerminkan upaya VinFast memperluas basis konsumennya di luar ekosistem internal.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|