Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat setelah Donald Trump dilantik sebagai Presiden AS tengah malam kemarin (20/1/2025).
Dilansir dari Refinitiv, rupiah pada perdagangan hari ini (21/1/2025) menguat 0,15% di angka Rp16.330/US$. Ini menjadi penguatan setelah tiga hari loyo dan posisi merupakan yang terkuat sejak 14 Januari 2025 atau sekitar satu pekan terakhir.
Di saat yang bersamaan, tampak indeks dolar AS (DXY) sudah mulai melandai ke level 108, setelah beberapa hari bertahan di level 109.
Penguatan rupiah ini terjadi setelah Trump dilantik karena pasar menilai dampak ekonomi potensial dari kebijakan masa jabatan kedua.
Dikutip dari Reuters, seorang pejabat pemerintahan Trump mengatakan bahwa Presiden Trump akan mengeluarkan memorandum perdagangan luas pada hari pertama menjabat yang tidak sampai memberlakukan tarif baru.
Sebelumnya, Trump telah berjanji untuk mengenakan tarif 10-20% pada semua barang impor dan hingga 60% pada barang impor dari China. Ia juga mengancam untuk mengenakan tarif 25% pada barang impor dari Kanada dan Meksiko jika mereka gagal untuk menanggulangi aliran narkoba ilegal dan migran yang masuk ke AS secara ilegal.
Ancaman-ancaman tersebut tidak terwujud pada hari Senin, hari pertama masa jabatannya, tetapi itu tidak berarti ancaman tersebut telah hilang,
Trump mengumumkan pembentukan Layanan Pendapatan Eksternal.
"Untuk tujuan ini, kami membentuk Dinas Pendapatan Eksternal untuk mengumpulkan semua tarif, bea, dan pendapatan. Akan ada sejumlah besar uang yang mengalir ke kas negara kita, yang berasal dari sumber-sumber asing, impian Amerika akan segera kembali dan berkembang pesat seperti sebelumnya" imbuh Trump dalam pidatonya.
Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana mengungkapkan bahwa rupiah masih ada kemungkinan terjadi volatilitas khususnya karena kekhawatiran Trump tariff belum terlalu disinggung di pidato pelantikannya. Padahal kekhawatiran utama Trump tariff 2.0 adalah Trump tariff.
Alhasil Fikri menegaskan agar pelaku pasar untuk tidak euforia dengan kondisi rupiah saat ini.
Sementara Maybank Indonesia Economic Research menyampaikan kepada CNBC Indonesia bahwa kondisi rupiah yang menguat bersama mata uang Asia lainnya mencerminkan arus masuk dana ke pasar keuangan Indonesia setelah investor global merespons positif pidato pertama Presiden AS Donald Trump saat pelantikan.
Pidato tersebut tidak memberikan dampak negatif langsung pada ekonomi Indonesia, dengan Trump tidak memberikan rincian tentang tarif perdagangan internasional atau pajak baru.
Di lain sisi, pandangan menarik disampaikan oleh Head of Treasury & Financial Institution Bank Mega, Ralph Birger Poetiray yang menilai bahwa dalam waktu dekat rupiah masih ada kesempatan untuk mengalami penguatan karena seasonal demand belum ada sementara fundamental rupiah masih solid.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Jurus Perbankan Hadapi "Ancaman" Risiko Nilai Tukar di 2025
Next Article Rupiah Menguat Tipis, Harga Dolar Sempat Sentuh Rp15.900