Trump Hati-Hati, Sahabat Prabowo Beri Warning Keras Soal Tarif

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Manuver Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk meletakan sejumlah tarif perdagangan kepada sejumlah negara dunia mendapatkan reaksi keras dari berbagai pihak. Salah satunya adalah investor kawakan pendiri Bridgewater Associate yang juga anggota Dewan Pengawasan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia, Ray Dalio.

Kepada media, Rabu, Dalio menyebutkan tarif yang dipicu oleh Trump dapat menimbulkan konflik geopolitik baru. Menurutnya, akan ada pertikaian antara negara dunia terkait bea masuk barang.

"Tarif akan menyebabkan pertikaian antarnegara. Saya tidak berbicara tentang militer. Namun, pikirkan AS, Kanada, Meksiko, China. Akan ada pertikaian, dan itu akan menimbulkan konsekuensi," katanya saat berada di Singapura dalam wawancara bersama CNBC International, Kamis (13/3/2025).

Dalio mengatakan bahwa lingkungan saat ini merupakan 'perpanjangan dari pola sejarah' seraya mencontohkan Jerman pada tahun 1930-an saat negara itu mulai masuk kepada kekuasaan Nazi. Ia menyebut hal-hal yang berbau nasionalis dalam perdagangan dunia pada akhirnya akan menimbulkan persoalan baru.

"Bersikaplah nasionalis, bersikaplah proteksionis, bersikaplah militeris. Begitulah cara kerja semua ini. Masalahnya sebenarnya adalah konfrontasi dari semua ini," tegasnya.

Trump mulai memberlakukan bea masuk sebesar 25% untuk impor aluminium dan baja mulai Rabu kemarin. Uni Eropa, Australia, China, dan Kanada menjadi salah satu di antara kawasan dan negara yang terkena dampak.

AS mengimpor sekitar setengah dari baja dan aluminium yang digunakan di negara tersebut untuk membuat berbagai barang mulai dari mobil dan pesawat hingga kaleng soda. Kanada adalah pemasok baja terkemuka ke AS, diikuti oleh Brasil.

Uni Eropa dengan cepat mengungkap pembalasan mulai bulan April. Benua Biru menargetkan produk AS senilai US$ 28 miliar (Rp 460 triliun) termasuk kapal, bourbon, dan sepeda motor.

Kanada juga mengumumkan tarif tambahan pada hari Rabu atas impor senilai $29,8 miliar (Rp 340 triliun) dari AS, termasuk produk baja dan aluminium serta berbagai barang seperti komputer hingga peralatan olahraga.

Produsen baja utama, China, juga berjanji untuk membalas, meskipun ekspornya ke AS kecil jika dibandingkan Kanada. Untuk Brasil, Inggris, dan Meksiko, ketiganya menunda penerapan tindakan balasan.

Trumpcession

Direktur pelaksana dan kepala Asia-Pasifik di Pimco, Alec Kersman, memperingatkan tentang peningkatan risiko resesi karena tarif. Ia memprediksi akan adanya kemungkinan 35% bahwa AS akan masuk resesi di tahun 2025 ini.

Kendati demikian, kata Kersman, skenario optimis Pimco adalah bahwa ekonomi AS akan tumbuh 1% hingga 1,5% di tahun ini. Meski ada kemungkinan positif, Kersman menyarankan para pelaku pasar untuk "lebih sabar" dalam hal menyeimbangkan kembali investasi.

"Ini masih merupakan penurunan yang cukup signifikan dari proyeksi sebelumnya," tuturnya.

"Ada banyak kegaduhan di pasar saat ini, dan Anda ingin menunggu tiga hingga enam bulan sebelum mengambil tindakan itu. Tarif akan menciptakan lebih banyak pemenang dan pecundang yang jelas," tambahnya.

"Tren globalisasi sedang diarahkan ulang, dan tidak ada lagi hukum universal tentang bagaimana modal akan berperilaku."

Walau begitu, Kamal Bhatia, presiden dan CEO Principal Asset Management, tetap berpandangan bahwa perang dagang yang disebabkan oleh tarif sebenarnya dapat menyebabkan konsumen menghabiskan lebih banyak uang di dalam negeri.

"Kebanyakan orang akan meremehkan potensi peningkatan pengeluaran ini karena fokus pada dampak eksternal pada produk domestik bruto," ujar Bhatia.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Dunia Terancam Bayang-Bayang Trumpcession

Next Article Efek Trump 2.0, Posisi RI Bakal Sulit di 2025

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|