Jakarta, CNBC Indonesia - Momentum Ramadan dan Lebaran tahun ini ada anomali aktivitas konsumsi masyarakat Indonesia. Tren belanjanya menjadi berkurang, sedangkan tabungannya makin terkuras, sebagaimana terlihat dari data Mandiri Spending Index.
Pemerintah pun telah menggelontorkan berbagai insentif atau paket kebijakan ekonomi untuk menangani anomali yang disebabkan pelemahan daya beli itu menjelang Lebaran, termasuk kebijakan pemberian tunjangan hari raya (THR) bagi kelas pekerja maupun bantuan hari raya (BHR) untuk para mitra aplikator transportasi online maupun kurir.
Di luar itu, pemerintah belum merancang stimulus tambahan untuk menjaga daya beli masyarakat supaya tingkat konsumsinya terjaga.
"Jadi kita belum bicara stimulus tambahan, tapi kita mendorong THR untuk berbagai sektor, termasuk bonus hari raya bisa diturunkan, sehingga tentu kita mau jaga private spending, consumer spending," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di kantornya, Jakarta, Rabu (12/3/2025).
Sebagaimana diketahui, Data Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan nilai belanja masyarakat terjadi perlambatan saat satu minggu menjelang Ramadan yakni ke 236,2.
Pola ini merupakan anomali karena tidak terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Mandiri Spending Index (MSI) yang menurun jelang Ramadhan terakhir kali terjadi pada Maret 2020 atau lima tahun yang lalu dengan nilai 58.
Secara historis, Ramadan merupakan puncak konsumsi masyarakat Indonesia. Konsumsi juga biasanya sudah melonjak sebelum Ramadan terutama untuk kebutuhan makanan dan minuman. Ramadan tahun ini jatuh pada 1 Maret 2025.
Apabila dilihat lebih rinci, semua kelompok belanja mengalami perlambatan kecuali mobility. MSI Mobility mengalami kenaikan menjadi 297,5. Sedangkan kelompok belanja lainnya (KB) seperti consumer goods, household, electronics, leisures, education, dan medical mengalami penurunan.
Perubahan pola belanja juga terlihat dalam kategori kecantikan. Berdasarkan survei Venas Skincare Habit 2024, sebanyak 63% responden mengurangi frekuensi belanja produk skincare, naik signifikan dibandingkan 54% di 2023 dan 51% di 2022.
Tidak hanya itu, 41% responden juga menekan pengeluaran untuk produk kecantikan, sementara hanya 24% yang tetap mempertahankan anggarannya.
Balik ke Mandiri Spending Index, data tingkat tabungan juga mengalami penurunan. Tingkat tabungan kelompok bawah terus dalam tren yang melemah dan merupakan yang terendah saat ini yakni pada level 79,4 (Februari 2025). Angka ini lebih rendah dibandingkan Februari 2024 yakni pada level 82,4.
Senada, tingkat tabungan kelompok menengah juga melandai dan merupakan yang terendah sejak Maret 2024.
Dengan semakin terdepresiasinya indeks tabungan kelompok bawah, artinya semakin banyak masyarakat yang melakukan makan tabungan ('mantab') untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Melihat realitas di lapangan, pantauan CNBC Indonesia, pada beberapa mal di wilayah pusat dan selatan Jakarta situasinya juga tampak sepi. Misalnya ketika jelang berbuka puasa, restoran dan sejenisnya masih sepi pembeli. Begitu pun dengan akhir pekan. Toko pakaian, sepatu dan lainnya juga tampak tidak begitu ramai.
Kondisi ini menjadi perhatian bagi para pengusaha pusat perbelanjaan. Meskipun awal Ramadan relatif sepi, pengusaha pusat perbelanjaan tetap optimis jumlah pengunjung akan kembali meningkat seiring dengan tradisi belanja Lebaran yang sudah menjadi kebiasaan tahunan masyarakat Indonesia.
"Biasanya, lonjakan pengunjung terjadi saat Tunjangan Hari Raya (THR) dibayarkan, yang umumnya berlangsung dua minggu sebelum Idul Fitri. Pada periode ini, masyarakat mulai berburu berbagai kebutuhan Lebaran, seperti pakaian baru, makanan, dan hadiah untuk sanak saudara," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja.
(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Asik! THR Ojol Dalam Tahap Finalisasi
Next Article Video: Ekonomi RI Masih Loyo, Ini PR Untuk Presiden Prabowo Subianto