Jakarta, CNBC Indonesia - Data perdagangan China pada Desember 2024 mengalahkan ekspektasi dengan selisih yang besar. Ini dibuktikan oleh ekspor dan impor yang melesat jauh di atas ramalan pelaku pasar.
Dalam data Bea Cukai China yang dirilis Senin (13/1/2025), Ekspor pada Desember 2024 melonjak 10,7% dalam dolar AS dari periode yang sama tahun sebelumnya, mengalahkan ekspektasi pertumbuhan 7,3% dalam jajak pendapat Reuters. Itu lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan 6,7% pada November dan lonjakan 12,7% pada Oktober.
Data bea cukai juga menunjukkan impor naik 1,0% bulan lalu dari tahun sebelumnya, berbalik dari kontraksi dalam dua bulan sebelumnya. Adapun analis telah memperkirakan impor turun 1,5% secara tahunan.
Sejumlah analis menilai bahwa kenaikan ini didorong oleh stimulus yang diberikan pemerintah. Sejak akhir September, otoritas China telah meningkatkan dukungan kebijakan untuk menopang ekonomi negara itu yang dilanda krisis, dengan sektor properti terdampak paling parah.
"Dalam jangka pendek, volume impor juga diperkirakan akan pulih lebih lanjut, didorong oleh permintaan yang lebih kuat untuk komoditas industri, dengan percepatan belanja fiskal," kata peneliti senior terkemuka di National Institution for Finance and Development, Bruce Pang, dikutip CNBC International.
Sejauh ini, China telah memangkas suku bunga kebijakan, melonggarkan pembatasan pembelian properti, menyuntikkan likuiditas ke pasar keuangan, serta meluncurkan program pertukaran utang untuk meringankan tekanan fiskal pemerintah daerah. Namun, diharapkan stimulus yang ada bisa terus ditambah
"Meskipun para pemimpin puncak menyadari perlunya meningkatkan pertumbuhan PDB riil, Presiden Xi Jinping tampaknya masih enggan untuk menerima tingkat stimulus tambahan yang diperlukan untuk memerangi deflasi," tulis Gabriel Wildau, direktur pelaksana di Teneo, dalam sebuah catatan Jumat lalu.
Ekspor telah menjadi titik terang yang langka dalam ekonomi China yang terpukul di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan dengan mitra dagang utamanya, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. Tetapi pertumbuhan ini dapat terancam setelah Presiden terpilih AS Donald Trump kembali ke Gedung Putih.
Trump, yang akan dilantik pada 20 Januari, telah memicu kekhawatiran tentang tarif yang lebih tinggi pada ekspor China. Ia telah menjanjikan tarif tambahan 10% pada semua barang China yang masuk ke AS.
"Para pembuat kebijakan perlu menyimpan sejumlah dana stimulus untuk memungkinkan respons yang memadai jika dampak tarifnya parah," tambah Wildau.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Gagal Penuhi Ekspektasi, Ekspor China di November 2024 Lesu
Next Article Mari Elka Ungkap Bahaya Banjirnya Produk Sepatu - Tekstil China ke RI