Foto ilustrasi guru. / Foto dibuat oleh Artificial Intelligence ChatGPT
Harianjogja.com, JAKARTA—Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menargetkan sebanyak 12.500 guru yang belum bergelar sarjana dibantu memenuhi kualifikasi akademik minimal S1 pada tahun 2025 sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu dan profesionalisme tenaga pendidik.
"Dari 12.500 guru yang belum bergelar sarjana tersebut, sekitar 6.754 orang di antaranya merupakan guru Pendidikan Anak Usia Dini [PAUD]," kata Direktur Guru Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non-Formal Kemendikdasmen Suparto saat menghadiri pembukaan pelatihan calon pelatih "Implementasi Berpikir Komputasional di PAUD" di Wisma Djarum Kudus, Senin.
Ia menjelaskan berdasarkan data Kemendikdasmen, terdapat sekitar 637.445 guru PAUD di Indonesia, dan 47 persen di antaranya atau 299.640 guru belum memiliki ijazah S1. Kondisi itu mendorong pemerintah untuk memberikan dukungan afirmatif bagi para guru agar dapat menempuh pendidikan lanjutan.
"Ini bagian dari peningkatan mutu pendidikan karena amanat Undang-Undang Guru dan Dosen menegaskan bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik minimal S1. Tahun ini merupakan tahap awal, dan tahun depan targetnya akan meningkat menjadi 150.000 guru," ujarnya.
Suparto menjelaskan pemerintah menyiapkan skema rekognisi pembelajaran lampau (RPL) bagi guru yang belum bergelar sarjana. "Melalui program tersebut, guru tidak perlu menempuh perkuliahan selama empat tahun penuh, tetapi cukup sekitar satu tahun untuk mendapatkan gelar S1 berdasarkan pengalaman dan kompetensi yang dimiliki," ujarnya.
Setelah menyelesaikan pendidikan S1, para guru dapat melanjutkan ke Pendidikan Profesi Guru (PPG) agar memiliki sertifikasi dan berhak menerima tunjangan profesi guru.
"Selain memenuhi syarat formal, program ini juga berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan guru," ujarnya.
Dalam upaya memperkuat kompetensi, Kemendikdasmen juga bekerja sama dengan berbagai Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Guru (LPPG) serta pemerintah daerah untuk menyelenggarakan berbagai pelatihan dan lomba kreatif, seperti lomba cipta lagu anak.
"Kami mendorong guru menciptakan lagu-lagu anak yang sesuai usia mereka. Sekarang anak-anak banyak terekspos lagu orang dewasa, sehingga ruang untuk menikmati masa kanak-kanak semakin sempit," ujarnya.
Ia menilai pembentukan karakter dan dunia positif anak perlu dijaga sejak dini melalui lingkungan belajar yang sesuai dengan usia perkembangan mereka.
"Anak-anak sejatinya memiliki dunia yang indah tanpa dendam dan kemarahan. Pendidikan harus menjaga ruang itu tetap ada," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara

















































