155 Rumah Direndam Banjir, BNPB Warning Cuaca Ekstrem Hantam Sukabumi

13 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Potensi cuaca ekstrem yang memicu banjir dan longsor masih menghantui beberapa wilayah di Indonesia. Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi mewaspadai potensi cuaca ekstrem di wilayahnya.

Hal tersebut diungkapkan usai meninjau lokasi terdampak bencana di Kecamatan Simpenan dan Pelabuhan Ratu pada Sabtu (8/3) kemarin.

Suharyanto mengingatkan potensi cuaca ekstrem pada 10-20 Maret 2025. Ia berharap hal tersebut bisa diantisipasi dengan operasi modifikasi cuaca (OMC) sejak dini, sehingga bencana banjir dan longsor (bansor) di Sukabumi tidak terulang kembali.

Saat ini disiagakan 4 pesawat untuk melakukan OMC di wilayah Jabodetabek.

"Karena Sukabumi sangat khusus, kalau nanti akan dilakukan OMC dan Bupati berkeinginan. Saya akan meminta BMKG untuk menganalisis khusus Sukabumi, wilayah mana yang bahaya," kata Suharyanto kepada Bupati Sukabumi Asep Japar, dalam keterangan resmi yang diterima CNBC Indonesia, Minggu (9/3/2024).

Apabila memang ada permintaan dari pemerintah setempat, OMC akan dilakukan untuk mengantisipasi potensi bahaya bansor merujuk prakiraan cuaca pada periode waktu 10-20 Maret 2025.

Selain pembahasan potensi cuaca ekstrem, Kepala BNPB juga menyampaikan beberapa poin masukan kepada Pemerintah Kabupaten Sukabumi dalam penanganan bansor.

Pencarian Warga Hilang 7 Hari

Pemerintah pusat berkomitmen membantu pemerintah daerah (pemda) pascabencana bansor Sukabumi. Kepala BNPB mengutarakan operasi pencarian dan pertolongan terus dilakukan oleh tim gabungan yang dipimpin Basarnas.

Suharyanto mengatakan operasi pencarian dilakukan selama 7 hari, namun apabila ada permintaan warga, ini dapat diperpanjang dalam beberapa hari.

Suharyanto meminta pihak Kodim untuk berkomunikasi dengan warga yang anggota keluarganya masih hilang.

"Apabila warga sudah mengikhlaskan, operasi pencarian dapat dihentikan," kata Suharyanto.

Ia juga meminta Kodim untuk mengerahkan personel di lapangan. Hal ini bertujuan membantu BPBD dan unsur terkait dalam pembersihan sampah banjir. Apabila masih terjadi genangan, Suharyanto meminta petugas untuk memompa air agar cepat surut.

Terkait dengan bantuan makanan, Kepala BNPB memberikan masukan kepada pemerintah setempat untuk mengkaji teknis operasional antara dapur umum atau distribusi paket sembako kepada warga terdampak.

Hal tersebut menggarisbawahi arahan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka setelah meninjau lokasi bencana di Kampung Gumelar dan Desa Loji.

Pada tahap pemulihan, Kepala BNPB menyampaikan agar pemda mendata jumlah keluarga yang rumahnya rusak. Apabila direlokasi, diharapkan pemda mengkomunikasikan dengan warga. Mereka yang direlokasi akan dibangunkan rumah oleh BNPB.

Pada konteks ini, Suharyanto menegaskan lahan harus disiapkan oleh pemda. Sedangkan rumah warga yang rusak sedang dan ringan, dana stimulant akan diberikan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Untuk jembatan Cidadap yang menghubungkan Desa Cidadap dan Loji, Suharyanto mengatakan, jembatan darurat atau bailey akan dibangun terlebih dahulu. Baru setelah lebaran, Kementerian PU akan membangun jembatan permanen.

Data per Sabtu (7/3) pukul 18.00 WIB, BNPB mencatat sebanyak 155 rumah terdampak banjir, sedangkan 1 rumah rusak berat. Sementara untuk tanah longsor, 6 unit rumah mengalami rusak berat, 8 rusak sedang, 9 rusak ringan dan 18 terdampak.

Selain tempat tinggal, kerusakan juga terjadi pada jembatan dengan rusak berat 3 unit, rusak sedang 3. Pantauan di lapangan juga menyebutkan tumah terancam 26 unit.

Dalam penanganan darurat bansor Sukabumi, Kepala BNPB menugaskan pejabat dan personel untuk memberikan pendampingan kepada BPBD setempat.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Berburu Takjil di Pasar Benhil

Next Article Bantu Tangkal Dampak 'Kiamat', Eropa Gelontorkan Dana Ini untuk RI

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|