Jakarta, CNBC Indonesia - Diversifikasi portofolio investasi perlu dilakukanterutama bagi investor pemula yang baru memulai perjalanan investasinya. Langkah ini perlu dilakukan untuk meminimalisir risiko kerugian besar dari satu portofolio investasi tertentu.
Ada beberapa hal yang harus dicermati saat melakukan diversifikasi portofolio, salah satunya menyesuaikan profil risiko masing-masing investor pada setiap instrumen investasi. Pasalnya, setiap instrumen investasi memiliki karakteristik masing-masing dan tingkat risiko yang berbeda-beda.
Hal ini membuat diversifikasi portofolio bisa menjadi kunci memaksimalkan investasi dan mendapatkan keuntungan yang lebih maksimal dari masing-masing instrumen. Sebagai gambaran, investor bisa sekaligus berinvestasi ke dalam instrumen saham, Reksa Dana, dan Surat Berharga Negara (SBN).
Ketiga instrumen ini bisa saling melengkapi karena memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Instrumen saham misalnya, sifatnya cenderung volatil dan menawarkan keuntungan (capital gain) yang paling besar. Sementara SBN lebih stabil, memiliki bunga di atas deposito dan dijamin oleh negara.
Untuk itu, investor bisa mendiversifikasi dengan memiliki saham dan instrumen yang lebih rendah risiko seperti obligasi atau Reksa Dana jenis pasar uang. Meski keuntungan SBN dan Reksa Dana pasar uang tidak setinggi saham, namun relatif lebih stabil.
Dengan kata lain, ketika investasi sahamnya mengalami penurunan modal aset investor tidak serta merta hilang karena metode diversifikasi, mengingat aset juga dikonversi ke dalam bentuk Reksa Dana dan SBN.
Meski terkesan sederhana, diversifikasi portofolio tetap memerlukan strategi agar Investor bisa tetap cuan. Jangan sampai sudah melakukan diversifikasi, tapi dampak kerugiannya masih cukup besar.
Berikut 3 Tips Diversifikasi Portofolio Investasi bagi Pemula
1. Tentukan Penempatan Dana Investasi
Dalam diversifikasi, perlu mempertimbangkan rasio persentase penempatan dana investasi ke masing-masing instrumen investasi. Penempatan dana ini dilakukan dengan menimbang profil risiko masing-masing Investor.
Bagi Investor dengan profil risiko moderat, maka alokasi dana investasinya bisa dalam bentuk reksa dana pendapatan tetap 50% dan saham 50%. Sedangkan bagi investor konservatif, bisa mengkombinasikannya ke dalam Reksa Dana pasar uang 60%, lalu saham dan SBN masing-masing 20%.
Sementara itu, bagi Investor agresif, persentase alokasi penempatan dana investasinya bisa ke dalam bentuk saham sebesar 60%, kemudian SBN dan Reksa Dana campuran masing-masing 20%.
2. Pilih Portofolio Investasi yang Tepat
Setiap instrumen investasi tak bisa terhindar dari risiko kerugian. Jadi, dalam mempertimbangkan instrumen yang tepat perlu mempertimbangkan tingkat imbal hasil dari masing-masing instrumen.
Di sisi lain, menempatkan dana ke dalam sektor atau industri yang berbeda juga turut membantu menutupi kekurangan satu sama lain.
3. Evaluasi secara Berkala
Investor masih harus melakukan evaluasi dari masing-masing instrumen tersebut setelah menetapkan instrumen investasi. Artinya, investor bukan hanya menerima imbal bagi hasil saja.
Evaluasi dan perubahan dari segi instrumen investasi perlu dilakukan supaya kinerja aset investasi semakin berkembang.
Bagi pemula, kepemilikan SBN menjadi pilihan diversifikasi yang tepat karena memberikan kestabilan keuntungan, serta dijamin oleh negara. Keuntungan investasi SBN bisa diperoleh dari imbal hasil berupa kupon. Kupon inilah yang menjadi sumber pendapatan yang tetap dan terprediksi.
Selain itu, SBN bisa untuk menjaga risiko pada portofolio investasi. Hal ini karena SBN dinilai sebagai instrumen investasi dengan profil risiko moderat dengan keuntungan relatif lebih tinggi daripada deposito.
Saat ini investasi di SBN dapat dilakukan salah satunya melalui M2U ID App. M2U ID App yang merupakan mobile banking dari Maybank Indonesia yang memiliki beragam fitur untuk mempermudah transaksi finansial, termasuk berinvestasi.
Melalui M2U ID App, Maybank Indonesia menyediakan berbagai jenis SBN Pasar Sekunder untuk memenuhi kebutuhan investasi, meliputi ORI (Obligasi Negara Ritel), FR (Fixed Rate), INDON (Obligasi Negara Indonesia dalam mata uang USD). Selain itu ada juga SBSN (Surat Berharga Syariah Negara), meliputi SR (Sukuk Ritel), PBS (Project Based Sukuk) dan INDOIS (Global Sukuk).
Maybank Indonesia juga memberikan kemudahan bagi investor untuk berinvestasi di SBN Pasar Sekunder dengan fitur-fitur unggulan yang tersedia di M2U ID App, seperti jual-beli SBN hanya dalam genggaman, bisa mulai dibeli dari Rp1 juta, harga kompetitif dan real-time, tersedia perhitungan estimasi yield to maturity, bebas biaya transaksi dan custodian, konfirmasi transaksi tanpa ada SMS OTP dengan menggunakan passcode Secure2u yang sudah Anda tentukan sendiri. Tersedia juga SBN dengan prinsip syariah.
Dengan kesempatan ini, jangan ragu untuk mulai membangun portofolio yang beragam dan cerdas. Mulai dengan download M2U ID di Play Store/App Store untuk kemudahan berinvestasi. Mendiversifikasi investasi ke berbagai instrumen, Kamu dapat mengurangi risiko dan meningkatkan peluang untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang.
(dpu/dpu)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Saat Rupiah Melemah di Akhir Tahun, Asing Incar Investasi Ini
Next Article Mau Investasi di SBN? Ini Plus-Minusnya Kalau Dibandingkan Reksa Dana